Blogger Template by Blogcrowds.

Linda Hanson (Sandra Bullock) menjalani hari-harinya sebagai ibu rumah tangga biasa. Punya suami yang baik, Jim (Julian McMahon) dan dua anak perempuan yang lucu-lucu. Tapi semuanya berubah ketika ia mendapat kabar kalau Jim meninggal dalam sebuah kecelakaan di jalan tol. Linda tidak percaya dengan berita itu, karena sheriff yang datang ke rumahnya berkata bahwa suaminya meninggal kemarin sementara Linda baru saja mendengarkan pesan yang ditinggalkan suaminya di telepon rumah mereka.

Linda jadi seperti orang yang kehilangan akal, karena ketika ia terbangun keesokan harinya setelah menerima kabar itu, ia justru mendapati Jim masih hidup, segar bugar dan sedang nonton tv di dapur mereka. Linda jadi bingung dan merasa tidak percaya. Jim pun heran melihat sikap Linda yang aneh.

Dan, semua semakin aneh, ketika ia tertidur dan terbangun lagi, ia mendapati keluarganya sudah siap untuk upacara pemakaman Jim. Ia berada di sekeliling orang yang mengenal dirinya tapi, ia sama sekali tidak merasa pernah mengenal mereka sebelumnya.

Linda yakin semua ini bukan mimpi. Karena lagi-lagi ia terbangun dengan Jim yang tertidur di sampingnya. Kehidupan Linda berjalan mundur ke hari-hari sebelum ia mendapat berita menyedihkan itu. Ia berusaha menuliskan semua kejadian yang ia alami. Linda berusaha mencegah agar suaminya tidak pergi keluar kota di hari ia dikabarkan meninggal.

Tidak ada yang tahu apa yang dirasakan Linda. Ibunya bahkan terpaksa memanggil terapisnya dan Linda harus dibawa ke rumah sakit untuk mencegahnya berbuat hal yang bisa menyakiti keluarganya.

Di hari-hari berat yang ia alami, Linda justru mengetahui bahwa Jim berselingkuh. Tapi justru di hari naas itu, Jim berkata ia telah meninggalkan wanita itu dan hendak kembali kepada Linda.

Bisa gak Linda melawan takdir dan mencegah kecelakaan itu?

Gue memberanikan diri untuk nonton film ini. Film yang lumayan menegangkan karena tokohnya, Linda, berkejaran dengan waktu. Dan, di film ini, Sandra Bullock hampir gak pernah senyum karena tegang terus.

Jake (Cedric The Entertainer) terbangun di sebuah kamar hotel dengan mayat seorang polisi di sampingnya. Parahnya lagi, Jake tidak bisa mengingat mengapa ia ada di kamar hotel itu, bahkan ia tidak bisa mengingat siapa dirinya.

Jake pun segera kabur dari kamar itu dengan membawa satu koper berisi uang US$ 250,000. Di lobby hotel, ia dicegat seorang wanita yang mengaku sebagai istrinya bernama Diane (Nicollette Sheridan). Jake makin kaget karena ternyata ia menikah dengan seorang wanita kulit putih, dan bukan itu saja, ia ternyata juga orang kaya yang punya rumah dan mobil mewah.

Tapi, di rumah mewah itulah, Jake tahu bahwa ada yang berusaha menjebaknya. Jake pun kabur. Di kantung celananya ada sebuah kartu untuk pengambilan barang. Barang itu adalah sebuah kartu pass untuk bisa masuk ke perusahaan pembuat games computer bernama Digital Arts.

Samar-samar, Jake mengingat bahwa dirinya adalah seorang agen rahasia yang bertugas membasmi kelompok pemberontak dan Jake juga ingat kalau dirinya jago karate.

Jake mampir ke sebuah resto yang terletak di seberang kantor Digital Arts. Dan salah seorang pelayan di sana mengenal Jake. Gina (Lucy Liu) mematahkan semangat Jake kalau ia adalah seorang agen rahasia. Gina bilang kalau Jake adalah seorang cleaning service. Jake masih tidak percaya, karena ia tidak bisa mengingat bagian dalam dirinya yang berprofesi sebagai cleaning service. Gina juga bilang kalo Jake adalah maniak games. Bahkan Jake memposisikan dirinya sebagai Colonel Bowman, seorang tokoh dalam sebuah permainan.

Polisi, dan Diane beserta komplotannya mencari Jake. Ternyata mereka mengejar Jake karena diduga Jake memiliki sebuah computer chip yang merupakan sebuah spy chip. Bagaimana mungkin seorang janitor bisa memiliki computer chip yang dicari-cari banyak orang?

Film ini lumayan menghibur. Dibilang action, juga gak terlalu… lebih banyak unsur comedy-nya.

The Ex (2007)

Di hari kelahiran anak pertamanya, Tom (Zach Braff) justru dipecat dari tempatnya bekerja sebagai juru masak karena membela temannya di depan boss-nya yang tidak mau tahu urusan pribadi pegawainya. Sophia (Amanda Peet), istrinya, kecewa berat, pasalnya ia sudah berhenti dari kantornya untuk jadi full-time mother, dan Tom sudah berjanji akan bekerja keras untuk men-support keluarga kecil mereka. Tapi, bagi Tom, justru inilah pertanda dari Tuhan, kalau mereka harus pindah dari New York dan bekerja di kota lain.

Akhirnya, mereka bersama baby Oliver pindah ke Ohio. Kebetulan orang tua Sophia juga tinggal di sana. Ayah Sophia, Bob, mengajak Tom untuk bekerja di perusahaan periklanan tempatnya bekerja. Salah satu rekan sekerjanya adalah Chip (Jason Bateman), mantan kekasih Sophia di masa sekolahnya.

Chip, kebetulan duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan. Ia selalu berusaha ‘menjegal’ Tom. Ia cemburu karena Tom berhasil menikah dengan Sophia dan selalu berusaha memutarbalikkan fakta seolah Tom adalah orang yang bermasalah.

Puncak dari ‘perseteruan terselubung’ mereka, adalah ketika Tom berhasil mendapatkan project untuk sebuah iklan dan mengalahkan Chip. Atasan mereka meminta Tom untuk menangani project ini dan Chip sebagai asisten Tom harus membantu Tom dalam bagian presentasi. Tapi, ketika tiba harinya, Chip malah mengakui project itu sebagai hasil kerjanya dan meminta Tom yang melakukan presentasi. Tentu saja Tom tidak siap dan malah mempermalukan perusahaan mereka. Sementara itu, Chip hanya meminta ma’af tapi tanpa muka yang menunjukkan penyesalan.

Tom berusaha membuktikan kebusukan Chip. Ia mencari bukti-bukti yang akan menunjukkan bahwa Chip tidaklah sepolos dan sebaik yang selama ini orang lihat. Untuk membuktikan hal itu, Tom harus bertengkar dengan Sophia dan diusir dari rumah mertuanya sendiri justru di saat Chip sedang ada di sana, makan malam bersama untuk mengambil hati Sophia kembali.

Menurut gue, film ini agak nanggung. Unsur romantisnya, gak dapet… comedy… juga nanggung banget.. Gue hanya teringat sama Jason Bateman yang kalo gak salah pernah main di serial Our House (jaman dulu banget….). Sedangkan Zach Braff, lagi-lagi jadi cowok yang hampir kehilangan ceweknya, seperti di film Last Kiss.

Dapet undian liburan ke Perancis, plus camera dan uang saku 200 euro… bener-bener rejeki buat Mr. Bean. Mr. Bean (Rowan Atkinson) seneng banget. Dia selalu pake cameranya dalam setiap langkah perjalanannya. Tapi, ada aja ulah Mr. Bean yang bikin dia jadi selalu sial, tapi nyari-nyari akal yang gak mungkin.

Gara-gara, beli dasi yang nyangkut di mesin penjual baguet otomatis, Mr. Bean ketinggalan kereta eurostar yang akan membawanya ke Cannes. Dia harus nunggu satu jam lagi untuk kereta selanjutnya. Sambil nunggu, Mr. Bean makan di sebuah restoran. Tapi, karena gak ngerti tulisan yang ada di buku menu yang pake bahasa Perancis itu, Mr. Bean ‘pasrah’ dengan rekomendasi pelayannya. Dan yang dateng adalah seafood platter yang isinya udang dan kerang. Mr. Bean pun dengan susah payah menelan udang dan kerang itu.

Ketika kereta berikutnya datang, dia minta salah satu penumpang untuk mengabadikan dirinya di depan kereta. Adegan itu harus diambil berulang-ulang, karena ada aja yang bikin Mr. Bean gak puas.

Pas udah dapet adegan yang ok, malah si laki-laki yang nolong Mr. Bean – yang ternyata adalah seorang sutradara (Steve Campos), yang ketinggalan kereta. Ternyata di kereta itu ada anak laki-lakinya, Stepan (Max Baldry). Mr. Bean merasa bertanggung jawab atas kejadian itu. Di pemberhentian selanjutnya, Mr. Bean terpaksa turun untuk menemani Stepan, tapi malah bikin Mr. Bean lagi-lagi ketinggalan kereta.

Inilah mungkin awal semua perjalanan Mr. Bean yang seru. Pas lagi coba nelpon si bapak, ternyata nomernya ada dua angka yang gak jelas. Terus, karena buru-buru naik kereta, dia ketinggalan paspor dan tiket kereta yang membuat Mr. Bean dan si anak laki-laki itu ‘ditendang’ dari kereta.

Lantaran kehabisan uang, Mr. Bean harus cari akal untuk ngedapetin uang. Dan dia pun ngamen. Dan bagian ini lucu banget… karena Mr. Bean yang kreatif. Setelah dapet uang , dia beli makan dan tiket bis ke Cannes. Tapi… ah… nasib beruntung masih jauh dari Mr. Bean, karcis bis terbang dan membawanya sampai ke kandang ayam… lalu terlunta-lunta di pinggir jalan sampai harus nyari tumpangan untuk bisa pergi ke Cannes.

Untung, Mr. Bean ketemu Sabine, seorang artis yang juga dalam perjalanan ke Cannes untuk premier film pertamanya. Tapi, ternyata Mr. Bean sedang dicari-cari oleh kepolisian Perancis karena diduga menculik Stephan.

Tujuan Mr. Bean… bukan untuk dateng ke Festival Film Cannes… tapi, dia hanya pengen liat pantai… itu aja….

Humor khas Mr. Bean… kekonyolannya… dan film yang hampir tanpa dialog dari Mr. Bean, yang hanya mumbling dengan mimik lucunya.

Tapi, koq.. . kesayangan Mr. Bean gak diajak ya??

Sebenernya film dengan ide seperti ini bukan suatu yang baru. Coba tonton ‘Freaky Friday’ atau ’13 Going on 30’, tokoh-tokohnya terbangun di pagi hari dan mendapati diri mereka ternyata bukan diri mereka yang sebenarnya. Atau bahkan, novel dari penulis Indonesia pun, tak luput dari ide serupa. Lihat aja Pretty Prita karya Andrei Aksana atau Tiga Venus-nya Clara Ng.

Sama dengan tokoh Nell (Samaire Armstrong) dan Woody (Kevin Zegers). Dua anak remaja, cowok dan cewek yang tinggal bersebelahan. Mereka saling bermusuhan karena selalu merasa terganggu satu sama lain. Nell, bukan cewek popular di sekolahnya, tapi, ia termasuk anak yang pintar. Ia berambisi untuk masuk ke Universitas Yale. Orang tuanya juga sangat terpelajar. Beda dengan Woody. Meskipun ia adalah cowok ganteng yang ngetop di sekolah, salah satu pemain football yang jadi andalan sekolahnya. Punya orang tua yang cuek. Bahkan mereka bilang, mungkin Woody adalah satu-satunya anggota keluarga yang pernah sekolah. Woody sedang menunggu pertandingan football yang akan sangat menentukan masa depannya.

Perseteruan Nell dan Woody gak hanya berlangsung di lingkungan rumah mereka, tapi juga sampai ke sekolah karena mereka kebetulan juga satu sekolah. Dalam sebuah kunjungan ke museum, mereka berdua dipasangkan dalam satu kelompok untuk mengerjakan tugas. Tapi, karena saling gak suka, mereka bertengkar di depan sebuah patung Aztec, yang ternyata ‘mendengar’ kata-kata mereka.

Keesokan harinya, mereka berdua sama-sama kaget ketika mendapati diri mereka ‘bertukar tempat’. Mereka sama-sama menyesuaikan diri dengan ‘tubuh’ baru mereka. Mereka harus mau saling membantu dan bekerja sama, karena masa depan mereka sama-sama dipertaruhkan. Kadang mereka juga suka egois, gak mau kalah.

Gak ada yang tahu tentang 'pertukaran' mereka berdua. Sehingga sikap mereka berdua yang aneh membuat orang tua dan teman-teman dekat mereka heran.

Bagian-bagian yang menghibur, tentunya ada pas mereka sama-sama kaget dengan identitas baru mereka.

Interesting, but standard...

Alex Fletcher (Hugh Grant) adalah salah satu vokalis band yang ngetop di tahun 80-an dengan hit single-nya ‘Pop Goes to My Heart’. PoP! sempat merajai tangga lagu di Amerika sebelum akhirnya bubar karena salah satu vokalisnya, Collin, memilih untuk bersolo karir dan ternyata sukses. Orang bertanya-tanya, ke mana vokalis yang satunya ya? Ternyata Alex juga sempat mengeluarkan album solo tapi ternyata tidak sesukses Collin. Albumnya hanya terjual 50,000 kopi.

Tahun 2000an, Alex hanya mendapat job untuk menyanyi di acara reuni angkatan 80-an yang sebagian besar kaum perempuan dulu pernah mengidolakannya. Mereka masih berteriak-teriak ketika Alex bernyanyi dan mengeluarkan goyang andalannya. Tak hanya di acara reuni, Alex juga bernyanyi di taman hiburan, di mana sebagian besar orang terkadang tidak peduli ketika Alex sedang tampil.

Kesempatan untuk kembali unjuk gigi dan mendapatkan pekerjaan besar datang ketika seorang icon remaja yang sedang ngetop, Cora Corman (Haley Bennet), ternyata adalah penggemar Alex. Ia meminta agar Alex mau membuatkan satu lagu untuk dimasukkan ke dalam album terbarunya.

Karena sudah lama tidak menulis lagu, ide-ide Alex tidak mengalir dengan lancar. Kebetulan, ketika Alex sedang mencari kata-kata untuk lagunya, pengurus tanaman Alex, Sophie Fischer (Drew Barrymore), secara tidak sengaja ‘meneruskan’ kalimat Alex dan ternyata cocok dengan kalimat yang sudah Alex buat. Alex minta bantuan Sophie untuk menulis lirik lagu untuk Cora. Semalam suntuk mereka mengerjakan musik dan liriknya karena mereka dikejar deadline.

Mereka lega karena Cora mau menerima lagu gubahan mereka. Tapi, Sophie kecewa ketika Cora merubah musiknya jadi music berirama lagu India, dan Sophie makin kecewa karena Alex tidak berani mengungkapkan keberatannya pada Cora.

Sophie dan Alex, yang sebenarnya sudah saling jatuh cinta (standard….), akhirnya bertengkar. Dan, kekecewaan Sophie makin dalam ketika Alex mengungkit masa lalu Sophie yang pahit. Tapi, Sophie terhibur banget dengan lagu romantic dan lucu ciptaan Alex yang dinyanyiin pas konsernya Cora, yang bener-bener ngegambarin hubungan mereka sejak awal sampai mereka bertengkar.

Ending cerita, biasa aja… Kaya’nya bukan hal baru buat Drew Barrymore dapet peran kaya’ begini. Hmmm… Hugh Grant… suaranya boleh juga. Dan, gayanya di tahun 80-an… aduh.. so 80ies… (ya, iyalah...). Apalagi cewek yang jadi model di video clip-nya, bikin gue terkikik-kikik… Hehehe… Yang pasti soundtrack-nya, ‘Way Back into Love’ enak banget dan catchy (asal jangan pake irama lagu India, sih…)

Wilbur (Dominic Scott Kay) mungkin gak akan pernah kenal Charlotte kalo saja Fern (Dakota Fanning) tidak menyelamatkannya dari usaha ‘penyembelihan’. Wilbur terlahir dengan tubuh yang lebih kecil dari pada saudara-saudaranya yang lain. Dirasa tidak akan menguntungkan, ayah Fern memutuskan untuk menyembelih Wilbur. Tapi, Fern memohon pada ayahnya agar bisa merawat babi kecil yang kemudian dinama Wilbur itu.

Tapi, semakin lama, Fern tidak bisa terus-menerus mengurus Wilbur. Ia harus sekolah dan belajar. Lagipula, tidak ada tempat lagi di rumah Fern, karena Wilbur pun semakin besar. Maka, diputuskan untuk ‘mengungsikan’ Wilbur ke peternakan paman Fern, Homer Zuckerman yang tinggal di seberang rumah Fern.

Di sana, Wilbur berkumpul dengan sesame hewan ternak. Ada sepasang bebek – Gussy (Oprah Winfrey) dan Golly (Cedric the Entertainer), sepasang sapi – Bitsy (Kathy Bates) dan Betsy (Reba McEntire), seekor kuda – Ike (Robert Redford) dan sekelompok domba yang suka latah. Tapi, pada awalnya tidak ada yang mau berteman dengan Wilbur yang kesepian karena berpisah dari Fern. Wilbur selalu berusaha membuka percakapan, tapi hewan-hewan yang lain terlalu malas untuk bergaul dengan Wilbur. Satu hewan lagi, adalah seekor tikus yang sombong dan suka jadi pusat perhatian bernama Templeton (Steve Buschemi). Ia tidak mau tahu urusan orang lain, yang dipikirkan hanya makanan saja.

Sampai suatu malam, Wilbur mendengar ada suara-suara yang memanggilnya. Tapi, ia tidak bisa melihat wujud hewan yang memanggilnya. Di pagi hari, Wilbur berseru-seru memanggil hewan itu untuk menampakkan diri. Lalu, muncullah seekor laba-laba bernama Charlotte A. Cavatica (Julia Roberts). Ternyata, Charlotte tidak terlalu disukai di sana, bahkan Ike malah pingsan waktu melihat Charlotte. Namun, Wilbur dan Charlotte justru bersahabat.

Templeton yang suka usil itu menyebar isu, kalau Wilbur tidak akan pernah merasakan musim dingin pertamanya, karena ia akan disembelih sebagai makanan di hari Natal. Tapi, Charlotte berjanji pada Wilbuar kalau dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.



Mulailah serentetan kejadian yang menggemparkan penduduk Somerset County. Ternyata Charlotte membuat sarang laba-laba yang bertuliskan sebuah kata untuk menggambarkan betapa hebatnya Wilbur. Tetangga-tetangga Zuckerman berdatangan ke peternakan itu untuk menyaksikan keajaiban itu. Tapi, lama-lama fenomena itu tidak lagi menarik, peternakan kembali sepi. Charlotte berusaha mencari kata-kata lain agar Zuckerman sadar kalau Wilbur bukan hanya sekedar babi, tapi seekor babi yang istimewa.

It is not often someone comes along that's a true friend and good writer. Charlotte was both.

Untuk itu Charlotte minta bantuan Templeton untuk berkeliling mencari kata-kata yang tepat untuk Wilbur, tentu saja dengan iming-iming makanan. Dengan terpaksa, Templeton akhirnya mau juga. Meskipun dengan resiko ia dikejar-kejar dua ekor gagak yang kelaparan, Brooks (Thomas Haden Church) dan Elwyn (André Benjamin).

Tapi, ternyata itu belum cukup untuk membuat Wilbur tenang. Bahkan Fern pun tahu, bahwa ada kemungkinan Wilbur akan segera disembelih. Ketika itu, ada bazaar, yang salah satu acaranya adalah lomba hewan. Dengan tidak mencolok, Fern menempelkan selebaran itu di rumah pamannya. Wilbur pun dipersiapkan untuk ikut dalam lomba itu.

Meskipun sudah merasa lelah dan harus ‘menetaskan’ telurnya, Charlotte tetap mendampingi Wilbur untuk menuntaskan janjinya. Bersama Templeton, mereka ikut dalam truk yang membawa Wilbur ke arena bazaar. Lagi-lagi, Charlotte meminta bantuan Templeton untuk mencari kata-kata yang menarik perhatian para juri. Karena jika Wilbur tidak menang, maka sia-sia saja usaha mereka selama ini, dan nasib Wilbur pun akan berakhir.

Film yang diangkat dari buku cerita anak-anak karangan E.B White ini, sebelumnya juga pernah dibuat film pada tahun 1973. Pada tahun 2002 juga ada kartun dengan judul Charlotte’s Web 2: Wilbur’s Great Adventure yang menceritakan petualangan Wilbur dengan anak-anak Charlotte – Nellie, Joy dan Arena. Nama penulis E.B White ikut berperan dalam film ini sebagai dua ekor gagak – Elwyn dan Brooks.

Ending film ini sempat membuat gue sedih, tapi langsung ceria lagi ketika ada suara-suara imut Nellie, Joy dan Arena. It’s a good movie anyway…

[Sekilas laporan pandangan mata waktu mau nonton Spiderman 3 di Cinema XXI, bioskop Plaza Senayan yang baru aja direnovasi. 5 theater untuk Spiderman 3. Gue antri hari sabtu, tapi beli tiket untuk nonton hari Minggu. Antrian panjang di beberapa loket dan setiap yang bubaran nonton ‘Spiderman 3’ udah kaya ‘bedol desa’ atau bubaran pabrik.]

Spiderman 3 dibuka dengan potongan-potongan gambar dari film Spiderman dan Spiderman 2. Sekedar menyegarkan ingatan tentang cerita film yang terdahulu.

Peter Parker masih bekerja di Daily Bugle sebagai fotografer, tapi kali ini dia dapet saingan, seorang pemula yang ambisius, Eddie Brock (Topher Grace). Untuk mendapatkan posisi sebagai juru foto tetap, pemimpin harian Daily Bugle, J. Jonah Jameson, mengajukan taruhan, siapa yang bisa mendapatkan foto Spiderman lagi berbuat salah, dialah yang akan menjadi juru foto tetap di harian itu.

Sementara itu, Mary Jane Watson (Kirsten Dunst) memulai karirnya di panggung hiburan sebagai penyanyi opera. Tapi, ternyata, MJ down banget begitu membaca kritik yang menjatuhkan di koran-koran, sehingga ia harus diberhentikan dari pertunjukan itu. Peter sendiri terus membangkitkan semangat sang pacar. Bahkan ia berniat melamar MJ. Pertunangan itu mungkin sudah terjadi, kalo saja MJ gak cemburu ngeliat Gwen Stacy (Bryce Dallas Howard), anak kepala polisi, yang dicium Spiderman di acara penganugerahan warga kota teladan.

MJ mencari pelampiasan lain, yaitu Harry Osborn (James Franco). ‘Mantan’ sahabat Peter. Harry sempat berubah menjadi Goblin seperi ayahnya, dan berniat balas dendam atas kematian ayahnya pada Spiderman. Tapi, ia sempat hilang ingatan karena terbentur ketika sedang ‘bertarung’ dengan Spiderman.

Musuh Spiderman yang baru bukan hanya New Goblin. Tapi juga, Sandman alias Flint Marko (Thomas Haden Church), yang merupakan pembunuh Ben Parker (Clliff Robertson), paman Peter. Flint lari dari penjara dan menjadi buronan polisi. Di sini diceritakan latar belakang kenapa ia jadi pencuri dan membunuh Uncle Ben. Ketika sedang dikejar polisi, tanpa sengaja ia terjebak dalam sebuah laboratorium yang sedang dalam percobaan menguraikan ion-ion (atau apalah, gue gak ngerti). Tubuh Flint pun terurai menjadi pasir-pasir. Dia jadi musuh Spiderman, pertama karena ia membunuh Uncle Ben, kedua karena memang dia menakuti masyarakat sekitarnya.

Seperti belum cukup masalah Peter, muncul masalah baru lagi. Ketika sedang bersantai di jaring laba-laba dengan MJ, sebuah meteor jatuh dan mengeluarkan sejenis parasit yang tanpa Peter sadari ‘membonceng’ sepeda motornya. Ketika Peter tidur, si parasit itu mulai merayap di tubuh Peter, hasilnya, adalah Spiderman berbaju hitam (lebih keren sih emang… tapi lebih jahat). Ketika memakai kostum ini, Peter atau Spiderman tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia menjadi lebih kuat, lebih jahat dan dengan mudah menyakiti orang. Gaya Peter juga jadi sok asik, sok keren dan jadi penggoda wanita.


How long can any man fight the darkness... before he finds it
in himself?

Tapi lama-lama, Peter sadar kalau parasit itu semakin membuatnya tidak terkendali. Dan akhirnya ia menemukan cara untuk melepaskan diri dari parasit itu. Ketika sedang merenung di puncak menara gereja, di saat yang sama, Eddie Brock yang berhasil dipermalukan Peter, berdoa untuk kematian Peter di gereja yang sama. Sisa-sisa parasit yang lepas dari tubuh Peter malah ‘hinggap’ di tubuh Eddie dan merubah Eddie jadi monster jahat bernama Venom.

Venom mengajak Sandman untuk bekerja sama dalam usaha menghancurkan Spiderman. MJ dijadikan sandera untuk memancing Spiderman keluar. Karena merasa tidak sanggup melawan dua musuh berat sekaligus, Spiderman minta bantuan Harry untuk melawan mereka. Hati Harry yang masih diliputi dendam menolak untuk membantu Peter.

Adegan favorit gue adalah pas Peter sama MJ lagi santai di jaring laba-laba, sama waktu Peter dengan kostum Spiderman hitam lagi merenung di puncak menara gereja… koq santai banget ya??

Mmm.. bakal ada Spiderman 4 gak ya? Yang pasti, film ini keren banget…

Hubungan Daphne Wilder (Diane Keaton), seorang pengusaha catering, dan ketiga anak perempuannya, Maggie (Lauren Graham), Mae (Piper Perabo) dan Milly (Mandy Moore) sangatlah dekat. Mereka dengan bebas membicarakan apa pun termasuk urusan sex. Selain Milly, Maggie dan Mae sudah menikah. Sebenarnya, Milly adalah gadis yang cantik, tapi, hanya satu nih kekurangannya, kalo dia lagi excited, tanpa dia sadari, dia sering mengeluarkan tawa yang rada aneh.

Karena khawatir dengan Milly, suatu hari, Daphne memasang iklan mencari jodoh di internet untuk Milly. Daphne pun mengadakan interview untuk calon pacar anaknya. Tentu saja, yang datang aneh-aneh dan banyak banget kekurangan dan kebiasaan yang ‘ajaib’, sampai akhirnya, datanglah Jason (Tom Everett Scott), seorang arsitek. Langsung saja, Daphen merasa inilah calon yang cocok untuk Milly.

Ketika Daphne sedang berbincang-bincang dengan para calon, seorang pemain gitar di resto tempat Daphne ngobrol, secara tidak sengaja memperhatikan kegiatan itu. Johny (Gabriel Macht), nama pemusik itu, pun mendatangi Daphne. Tapi, Daphne langsung bilang, kalau ‘lowongan’ sudah terisi dan lagipula, Daphne gak suka dengan Johny yang seorang musisi dan bertato itu. Sebelum pergi, Johny sempat mengambil kartu nama Milly.

Diam-diam, Johny bertemu dengan Milly. Dan, ternyata, Milly juga suka sama Johny. Ia pun menjalani dua hubungan dalam waktu yang bersamaan. Pertama dengan Johny dan kedua dengan Jason demi menyenangkan hati ibunya.

Sampai akhirnya, Johny sakit hati ketika tahu Milly juga berkencan dengan Jason. Padahal sesungguhnya, Milly lebih menyukai Johny dari pada Jason.

Tapi, lama-lama, Milly mulai gerah dengan aksi campur tangan ibunya yang terlalu banyak. Milly mulai protes sampai akhirnya bersikap memusuhi ibunya.

Hubungan yang dekat antara orang tua dan anak, gak berarti boleh mengganggu privacy dan keinginan anak, meskipun sering aja orang tua berdalih kalo semua yang mereka lakukan adalah untuk kebaikan anak mereka sendiri, supaya mereka gak mengulangi kesalahan orang tuanya di masa lalu.

Anak-anak yang bepergian dengan pesawat sendirian tanpa didampingi orang tua, akan dimasukkan ke dalam kelompok ‘Unaccompanied Minors’. Mereka akan berada di bawah pengawasan petugas airport.

Natal kali ini, beberapa anak terpaksa pergi sendiri karena alasan yang berbeda. Misalnya Spencer Davenport (Dyllan Christppher) dan Katherine Davenport (Dominique Saldana), orang tua mereka sudah berpisah, dan kali ini giliran mereka merayakan Natal bersama ayah mereka.

Hoover International Airport, meskipun dalam sudah berada dalam musim natal, tetap saja sepi dari dekorasi dan aura natal. Ternyata, Oliver Porter (Lewis Black), kepala airport itu tidak menyukai natal. Karena baginya, airport hanyalah tempat ‘numpang lewat’, dan ia juga punya ‘dendam pribadi’ karena tidak bisa berlibur dan selalu menjadi tempat komplain penumpang pesawat.

Karena ada penundaan pesawat akibat salju, maka Spencer dan Katherine tidak bisa langsung berangkat. Seperti yang lain, mereka dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang isinya anak-anak yang bepergian sendiri seperti mereka. Ternyata ruangan itu adalah sebuah gudang besar yang kisruh dengan keramaian dan anak-anak yang susah diatur. Petugas pengawas sudah kewalahan mengatur mereka.

Beberapa anak memutuskan untuk kabur dari ruangan itu. Dan inilah awal petualangan mereka melarikan diri dari petugas airport. Mereka adalah Spencer, Donna Malone (Quinn Shephard), Beef (Brett Kelly), Grace Conrad (Gina Motegna) dan Charlie Goldfinch (Tyler James Williams). Setelah berhasil keluar, mereka menuju ke tempat berbeda untuk sekedar bersantai. Spencer pergi ke restoran dan memesan semua makanan yang selama ini dilarang oleh ibunya, Grace memilih bersantai di executive lounge, lalu Charlie memilih berkaraoke di tempat penjualan barang elektronik.

Berkali-kali mereka harus kejar-kejaran dengan petugas airport, yang hmmm.. standard banget, gampang dikerjain sama anak-anak, lalu ketika mereka tertangkap, Spencer yang cerdik berhasil membebaskan diri dari ‘ruang penjara’. Dan berhasil membuat Porter terpaksa mengakui kehebatan mereka.

Setelah ‘bebas’, Spencer dan teman-temannya mengubah airport menjadi lebih bernuansa Natal untuk menghibur semua penumpang yang tertunda pesawatnya karena salju dan terpaksa merayakan Natal di airport.

Favorit gue adalah Beef… cowok gendut, keriting, yang sempet bikin takut anak-anak lain, tapi ternyata, lebih penakut dari mereka dan masih suka main boneka. Dia nekat menembus badai salju demi mendapatkan pohon natal.

Film ini terbagi atas tiga kisah tentang tiga keluarga yang masing-masing suami mempunyai alasan tersendiri atas prilaku poligami itu.

Kisah pertama adalah tentang Salma (Jajang C. Noer), seorang dokter kandungan dengan satu anak bernama Nadim (Winky Wiryawan). Suaminya, Pak Haji (El Manik) adalah seorang pengusaha terhormat. Tidak ada yang kurang dalam kehidupan mereka. Dari kondisi ekonomi, jelas berkecukupan. Tapi, ternyata, dalam sebuah acara, secara kebetulan Salma tahu kalo Abah sudah menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Indri (Nungki Kusumastuti), malah sudah punya satu anak perempuan. Alasan Abah adalah untuk menghindari zina.

Nadim jadi anak yang benci dengan ayahnya. Ia benci karena ayahnya punya istri lain. Ia juga benci karena sikap ibunya yang pasrah. Salma memilih mempertahankan rumah tangganya demi Nadim.

Dan ketika Abah sakit, Salma harus membuka pintu rumah dan juga pintu hatinya untuk istri-istri Abah yang datang untuk menjenguk dan merawatnya. Juga bagi Nadim, gak mudah menerima kehadiran istri-istri Abah yang secara tidak langsung menyakiti hati ibunya.

Lain lagi dengan Siti (Shanty), ia datang ke Jakarta atas ajakan Pak Lik-nya (Lukman Sardi). Siti dijanjikan akan disekolahkan oleh Pak Lik. Di Jakarta, Siti tinggal di rumah Pak Lik yang sempit dan ramai. Bersama dua istri Pak Lik, Dwi (Rieke Dyah Pitaloka) dan Sri (Ria Irawan), dan juga anak-anak Pak Lik yang banyak itu. Dwi dan Sri tidak keberatan dengan kehadiran Siti. Siti pun akhirnya terbiasa dengan kehidupan Pak Lik-nya yang meriah itu, meskipun awalnya ia merasa heran dengan keakraban Dwi dan Sri.

Pak Lik yang mengaku akrab dengan artis, ternyata hanyalah sopir di sebuah production house. Setiap hari, Dwi dan Sri bergantian menemani Pak Lik. Dan Siti sama sekali tidak menyangka, kalau ternyata Pak Lik juga punya niat untuk menikahi Siti sebagai istri ketiga. Meskipun ragu, atas ‘dorongan’ Dwi dan Sri akhirnya Siti mau menerima Pak Lik sebagai suaminya.

Tapi, lama-lama, keakrabannya dengan Dwi menimbulkan sesuatu yang lain. Siti dan Dwi membujuk Sri agar mau dipasang alat KB agar tidak hamil lagi. Kepulangan Pak Lik dari Aceh dengan membawa istri baru lagi, membuat Dwi dan Siti membulatkan tekad untuk pergi dari rumah itu dan memulai kehidupan baru.

Sementara itu, di bagian lain dari Jakarta, ada sebuah restoran bebek panggang milik Koh Abun. Restoran ini adalah restoran favorit Salma dan Pak Haji. Koh Abun punya istri yang galak, Cik Linda (Ira Maya Sopha). Tapi ternyata, tidak juga bisa membendung keinginan Koh Abun untuk menikah diam-diam dengan Ming (Dominique), pelayan restoran itu yang cantik dan seksi.

Meskipun sudah memiliki kekasih, Firman (Ruben Elishama), Ming lebih memilih Koh Abun yang bisa memberinya apartemen dan mobil. Tapi, karena ini pernikahan diam-diam, Ming dan Koh Abun tidak bisa menunjukkan hubungan mereka secara terang-terangan di muka umum. Maka ketika Cik Linda pergi ke Amerika, kesempatan bagi mereka untuk berduaan.

Ajakan Firman untuk main film, membuat Ming berpikir ulang tentang kehidupannya sekarang. Apalagi Koh Abun termasuk orang yang posesif, yang gak rela Ming berdekatan dengan laki-laki lain.

Banyak yang bilang kalo film ini emang harus ditonton. Potret tentang kehidupan poligami di Indonesia. Banyak alasan kenapa akhirnya poligami dipilih sebagai penyelesaian dalam sebuah keluarga. Ketika seorang suami sudah memilih jalan berpoligami, perempuan lah yang harus membuat keputusan, apakah jalan terus seperti Salma, atau memilih keluar seperti Dwi dan Siti.

Shooter (2007)

Cerita dimulai ketika Bob Lee Sweagger (Mark Walbergh) dan Donnie Fenn (Lane Garrison) bertugas di daerah konflik di Ethiopia sebagai penembak jitu. Mereka bersembunyi dengan menyamar seperti rumput kering. Tapi, ketika keadaan mulai genting, pimpinan mereka di markas meninggalkan mereka dengan anggapan mereka bisa menyelesaikan semua sendiri. Namun, ketika ada serangan udara, Donnie tewas.

Sejak itulah, Bob Lee memutuskan untuk berhenti dan menyendiri di pegunungan. Tiga tahun setelah kejadian itu, seorang utusan dari CIA, Kolonel Isaac Johnson (Danny Glover) menemuinya dan memintanya untuk kembali bertugas. Kali ini tugas Bob Lee adalah melindungi presiden dari usaha pembunuhan. Direncanakan Presiden akan berpidato di tempat terbuka di 3 kota. Bob Lee harus menganalisa di kota mana dan dari mana si penembak jarak jauh itu akan melakukan aksinya.

Awalnya Bob Lee menolak, tapi, akhirnya ia pun pergi ke Washington DC untuk mulai melakukan tugasnya. Menjadi penembak jitu, tidak hanya berpatokan harus tepat sasaran, tapi harus memperhitungkan arah dan kecepatan angin. Dan, berdasarkan analisa itu, Bob Lee yakin, usaha penembakan akan terjadi di Philadelphia.

Semua agen mulai bersiap-siap. Ketika saat yang diperkirakan Bob Lee tiba, Bob Lee segera berseru agar semua bersiap. Tapi, ternyata, Bob Lee dijebak. Ia malah ditembak dan dituduh sebagai dalang penembakan presiden.

Bob Lee pun jadi buronan, seluruh polisi di kota itu mengejarnya. Bob Lee yang dalam keadaan tertembak melarikan diri, sampai akhirnya ia minta pertolongan janda Donnie, Sarah Fenn (Kate Mara).

Salah satu agen FBI yang sempat dipukul Bob Lee dan mobilnya dicuri, Nicholas Memphis (Michael Pẽna), curiga ada sesuatu yang tidak beres dalam kasus ini. Ia ikut dalam penyelidikan dan menemukan berbagai kejanggalan yang membuatnya tidak yakin Bob Lee yang melakukan semua ini.

Nick menjalani penyelidikan sendiri yang membuat dirinya hampir kehilangan nyawanya. Sementara Bob Lee tetap berkeliaran dengan bebas. Bob Lee dan Nick akhirnya bekerja sama. Tapi, orang-orang yang mengejarnya tidak tinggal diam.

Kolonel Johson ternyata punya motif tersendiri dalam kasus ini. Ada seorang senator yang berkomplot dengannya demi keuntungan pribadi, yaitu Senator Meachum (Ned Beatty). Bob Lee hanyalah korban.

Tapi, seperti biasa deh, kalo mau memancing si buronan keluar dari tempat persembunyiannya, harus ada umpan yang bener-bener bisa bikin dia keluar. Tentu saja yang jadi umpan adalah Sarah. Sarah diculik dan disandera. Bob Lee pun bersedia bernegosiasi dengan Johnson dan Meachum, tapi tetap saja, meskipun sudah memiliki bukti yang memberatkan Johson dan Meachum, tidak ada hukum yang bisa menjerat mereka. Bob Lee menyerah, dan mencari cara sendiri untuk menghukum mereka berdua.

Gue bukan termasuk fans berat film action, tapi, film yang satu ini ternyata lumayan bisa gue nikmati. Apalagi kalo bukan karena Bob Lee Swagger yang pintar itu. Taktiknya keren… dia bilang, dia diajarin gimana cara bertahan hidup waktu di akademi militer.

Setelah membaca bukunya, Arthur & The Minimoys (Arthur dan Suku Minimoy), film ini benar-benar membantu untuk melengkapi ‘imajinasi’ akan sosok suku Minimoy.

Arthur (Fredie Highmore), adalah seorang bocah berusia 10 tahun. Ia tinggal bersama neneknya (Mia Farrow), karena kedua orang tuanya tinggal di kota lain untuk bekerja. Arthur sering kali harus merasa kecewa, karena janji orang tuanya untuk pulang dan menjemputnya tidak pernah terwujud. Apalagi di hari ulang tahunnya, orang tua Arthur hanya memberi salam lewat telepon.

Sementara itu, Archibald (Ron Crawford), kakek Arthur, menghilang entah ke mana. Nenek Arthur sering membacakan kisah-kisah petualangan sang kakek di rimba Afrika.

Arthur adalah anak yang kreatif. Ia sedang berusaha menemukan saluran irigasi terhebat di dunia. Sebuah penemuan yang ternyata bakal menimbulkan malapetaka di sebuah dunia yang belum ia ketahui.

Ketenangan dan kedamaian kehidupan Arthur dan Neneknya terusik dengan datangnya Davido (Adam LeFevre), orang kaya yang sombong, yang berniat membeli tanah tempat Arthur dan Neneknya tinggal. Kebetulan Davido termasuk orang yang berkuasa di kota itu. Jika ia tidak mendapatkan apa yang ia mau, ia bisa membuat orang itu sengsara. Dalam jangka waktu 3 hari, jika Nenek Arthur tidak punya uang untuk membayar hutang-hutangnya, maka tanah itu akan jadi milik Davido.

Nenek Arthur terpaksa menjual semua peninggalan kakek Arthur, topeng antik, buku-buku antik, semuanya, agar ia bisa membayar hutang dan tetap mempertahankan rumah itu. Arthur tidak rela buku-buku kesayangan kakeknya berpindah tangan begitu saja. Arthur yang cerdik mencari cara agar bisa menyelamatkan rumah itu.

Untung Arthur pernah membaca petunjuk harta karun yang tersembunyi yang dulu juga menjadi misi kakek Arthur. Dengan petunjuk yang ditinggalkan oleh kakeknya, saat tengah malam, Arthur memulai petualangannya memasuki dunia suku Minimoy.

Ternyata semua itu tidak mudah, selain karena ukuran tubuh Arthur mengecil hingga sebesar suku Minimoy, Arthur juga harus menghadapi musuh suku Minimoy, yaitu Malthazard (David Bowie), penyihir yang terkutuk. Tapi, dengan gagah berani, Arthur ditemani Putri Selenia (Madonna) dan Betameche (Jimmy Fallon), adik Putri Selenia, berangkat menuju tempat Malthazard berada. Di tengah perjalanan, mereka harus menghadapi berbagai bahaya yang hampir saja mengagalkan misi mereka.

Dalam perjalanan menuju istana Malthazard, Arthur yang sebelumnya pernah melihat foto Putri Selenia dan langsung jatuh cinta, semakin jatuh cinta lagi dengan Putri Selenia, karena sifatnya yang keras kepala dan pemberani. Maklum, Putri Selenia yang sebentar lagi akan berusia 1000 tahun adalah Putri mahkota. Salah satu syarat untuk jadi pemimpin, adalah Putri Selenia harus segera menikah. Diam-diam, Putri Selenia juga jatuh cinta sama Arthur. Arthur juga cocok dengan Betameche yang nakal dan iseng.

Petualangan Arthur yang penuh rintangan itu, ternyata ada di kebun nenek Arthur sendiri. Arthur harus melewati saluran irigasi yang dibuatnya, yang dengan tubuh kecil mungil jadi sebuah rintangan yang berbahaya.

Dan sementara Arthur menghilang, Nenek Arthur khawatir dengan keberadaan cucunya. Sekali lagi ia harus kehilangan orang yang ia sayangi.

Konon kabarnya, di tahun 2009 nanti, akan ada sekuelnya dengan judul Arthur and the Vengeance of Malthazard.

Fairy Tale Endings Aren't What They Used To Be
Satu lagi film yang ‘melenceng’ dari aturan dongeng-dongeng. Ternyata untuk menjaga agar setiap dongeng berakhir dengan “… Dan mereka pun hidup bahagia selamanya.”, ada seorang penyihir yang bertugas untuk menjaga keseimbangan antara ‘good’ and ‘evil’. Jika tiba-tiba ada yang tidak seimbang dan lebih berat ke ‘evil’, maka semua akan kacau balau.

Dalam film ini, tokoh utamanya adalah Cinderella (a.ka. Ella). Seperti dongeng Cinderella yang kita kenal, Ella (Sarah Michelle Gellar) ‘diintimidasi’ oleh ibu tiri, Frida (Sigourney Weaver) dan kedua kakak tirinya. Ketika undangan pesta dansa yang digelar oleh Prince Charming, Ella tidak boleh ikut meskipun ia juga mendapat undangan.

Datanglah bantuan ibu tiri yang ternyata belum terlalu ahli dalam sihir-menyihir. Peraturan standard tetap berlaku, Ella harus kembali sebelum tengah malam.

Ketika pesta dansa sedang berlangsung, di puncak menara istana Prince Charming, dua asisten penyihir, Munk (Wallace Shawn) dan Mambo (Andy Dick), sedang bertugas menggantikan Penyihir (George Carlin) yang sedang berlibur ke Skotlandia. Meskipun keduanya kerap bertengkar, mereka tetap berusaha menjaga ‘keseimbangan’ yang sudah ditetapkan. Mereka harus terus memantau perkembangan dongeng di seluruh dunia, seperti melihat kapan Putri Tidur akan terbangun, Rapunzel yang menunggu datangnya Pangeran. Semua harus sesuai dengan porsinya.

Tapi, tetap saja, sifat iseng dan mau tahu mengalahkan ‘tugas’ yang sudah diberikan. Munk yang iri dengan Mambo yang ditugaskan oleh Penyihir sebagai ‘koordinator’, mencoba mengganggu Mambo. Akhirnya, tiba-tiba saja, semua kacau. Frida yang ketika itu sampai di istana untuk acara pesta dansa, secara tidak sengaja mendengar keributan itu dan segera mencari sumbernya.

Sampailah ia ke puncak menara, dan ia pun sadar kehidupan bahagia selamanya itu ada yang mengatur. Dan, sifat jahatnya keluar. Ia mengusir Munk dan Mambo dari istana dan menguasai peralatan yang ada di dalamnya. Frida mulai ‘mengacaukan’ semua dongeng. Kemarahannya makin timbul ketika melihat di bola Kristal, Ella dan Prince Charming akhirnya bersatu.

Di saat yang sama, Ella dan Prince Charming sedang berdansa. Dan tiba-tiba saja, sebelum tengah malam, Ella sudah kembali menjadi Upik Abu.

Frida juga memanggil semua penyihir jahat, raksasa dan monster untuk membantunya ‘melenyapkan’ Ella.

Di film ini, tokoh Prince Charming bukanlah tokoh yang dapat diandalkan. Prince Charming di sini adalah seorang pesolek, penakut dan konyol. Jauhlah dari tokoh Pangeran Impian yang gagah berani.
Prince Charming punya asisten alias pembantu yang bertugas mencuci baju, menyemir sepatu, mencuci piring-piringnya, bernama Rick (Freddie Prinze Jr.).

Rick diam-diam menaruh hati pada Ella. Tapi, Ella terlalu sibuk bermimpi tentang Prince Charming. Bagi Ella, Prince Charming adalah pahlawan yang sesungguhnya, bukan Rick. Meskipun sebenernya, nih, Rick-lah yang pantas disebut 'Prince Charming'.

Munk dan Mambo, dibantu Ella dan Ricky, beserta 7 orang kerdil berusaha membereskan semua kekacauan akibat kesirikan Frida sebelum Penyihir kembali dari liburannya. 7 kurcaci ini punya rumah di bawah sebuah pohon rindang yang 'canggih' banget. Begitu Ella minta bantuan untuk melawan para tokoh jahat, mereka semua langsung bersiap dengan 'mesin-mesin' canggihnya... dan yang gak kalah canggih adalah peluru yang terbuat dari berlian!! Waduh... berlian koq dibuang-buang... hehehe

Cukup menghibur. Asyik juga kalo nonton atau baca dongeng yang agak ‘nyeleneh’ atau sedikit menyimpang, meskipun di film ini… tetap… “… and they lived happily ever after…”

Petris (Titi Kamal), adalah seorang penyanyi muda yang sedang naik daun. Lagu-lagunya yang beraliran alternative rock sedang berada di puncak teratas tangga lagu di radio-radio. Tapi, sayang, hal itu tidak didukung oleh sifat-sifat Petris. Ia termasuk orang yang cenderung moody, cuek, gampang marah, protes terus dan cenderung seperti tidak menghargai orang. Ketika wawancara di sebuah radio, Petris dengan cuek menjawab pertanyaan penggemar dengan asal dan malas-malasan. Beruntung Petris memiliki kakak, Yulia (Kinaryosih) yang manajernya, yang sangat pengertian dan sabar.

Suatu malam, ketika pulang dari wawancara di radio, Petris dan Yulia, karena salah paham. terlibat masalah yang mengharuskan mereka berurusan dengan polisi. Tapi, daripada mereka harus mendekam di penjara, Petris dan Yulia memilih melarikan diri.

Kejar-kejaran itu berakhir di sebuah kampung. Ketika itu, ada satu orkes dangdut yang penyanyinya mogok. Untuk menghidari kejaran polisi, Yulia meminta Petris menjadi penyanyi dangdut dadakan. Untung Petris termasuk penyanyi yang pintar, ia pun menyanyi lagu dangdut dengan nada yang datar. Tapi, gak masalah, toh, penonton lebih memilih melihat goyang dangdut daripada kualitas suara penyanyinya.

Rizal (Dwi Sasono), pemilik orkes ‘Senandung Citayam’ itu, menawarkan ‘kontrak kerja’ pada Petris. Tapi, tentu aja Petris gengsi. Bujukan Yulia yang mengingatkan bahwa mereka adalah buronan yang gak punya uang dan tempat tinggal membuat Petris akhirnya mau bergabung dengan Rizal.

Petris harus belajar menyanyi dangdut dengan cengkok yang benar. Hal itu sempat membuatnya frustasi dan putus asa. Rizal sampai memanggil penyanyi dangdut ngetop yang ‘jebolan’ Senandung Citayam untuk mengajari Petris menyanyi dangdut.

Dan, akhirnya, Petris pun tampil dalam pertunjukan perdana dengan lagu ‘Jablai’ yang fenomenal itu. Mulailah perjalanan Petris sebagai penyanyi dangdut keliling.

Lama-lama sifat sombong dan cuek Petris pun luntur. Ia merasakan bagaimana orang berjuang dari bawah untuk bertahan hidup.

Paling ‘gak nahan liat gayanya Bang Rizal… dangdut abisss… hehehe… Ngeliat Titi Kamal dangdutan… boleh lah… gayanya gak terlalu dangdut mengingat perannya emang sebagai penyanyi rock alternative. Soundtrack-nya yang sebagian besar lagu dangdut itu semua dinyanyikan oleh Titi Kamal.

Newer Posts Older Posts Home