Blogger Template by Blogcrowds.

Pesan dari Surga (2006)

5 anak muda tergabung dalam sebuah grup band bernama Topeng, mereka adalah Canting (Luna Maya), Brazil (Catherine Wilson), Veruska (Rianti Cartwright), Kuta (Lukman Sardi) dan Prana (Vino G. Bastian). Mereka berlima sudah bersahabat sejak dari SMA. Mereka punya kebiasaan untuk saling berpelukan setelah latihan atau sebelum manggung, di mana moment itu dipergunakan mereka untuk saling membongkar isi hati mereka, permasalahan mereka masing-masing. Mereka bilang, “Tidak boleh ada topeng di antara kita.”

Kelima personil Topeng memang memiliki masalah sendiri-sendiri yang sangat rumit. Canting, si vokalis, yang cantik tapi gayanya tomboy dan sering banget ngomong kasar *B…i* sama orang-orang kalo lagi bt. Dia selalu ragu-ragu sama pacarnya, Arman (Dimas Seto). Arman ini bekerja di sebuah LSM yang bergerak dalam pencarian anak hilang, yang ia kelola bersama mantan pacarnya, Julia (Davina). Tentu saja Canting sewot berat, karena setiap kali ia lagi bersama Arman dan Julia meneleponnya, pasti Arman akan segera pergi dan bergegas menemui Julia. Julia sendiri ternyata punya tujuan pribadi, menuntaskan urusan masa lalunya dengan Arman.

Lain lagi masalah Brazil. Ia pernah disakiti kekasihnya yang meninggalkan Brazil ketika hamil. Brazil berniat melakukan balas dendam pada 100 orang laki-laki, agar ia lega dan terbebas dari dendamnya. Satu lagi ‘keanehan’ Brazil, adalah ia mengkoleksi ‘test pack’ setiap ia habis berhubungan dengan para lelaki itu, untuk membuktikan kalau dia tidak hamil. Sampai satu saat, ia mengencani dua laki-laki kembar, Oya dan Oyi (Ramon Y. Tungka). Keduanya tidak tahu kalo mereka ‘digilir’ sama Brazil, kalau saja Oya tidak memergoki Oyi sedang menggambar wajah Brazil. Mereka berdua pun mengatur siasat untuk membalas perbuatan Brazil, tapi, tanpa disadari Oyi jatuh cinta beneran sama Brazil.

Sementara itu, Veruska, memang terlihat paling alim dan manis di antara Canting dan Brazil. Tapi, ternyata, Veruska hamil di luar nikah. Ia berniat meminta pertanggung jawaban pacarnya, Dodo (Uli Herdinansyah), dokter tapi sering pake obat-obatan karena tertekan. Buntutnya Dodo harus dibawa ke rumah sakit karena OD. Padahal Veruska belum sempat memberi tahu kalau ia hamil dan tertular virus HIV.

Lalu, Kuta, selain sebagai pemain drum di Topeng, ia juga berprofesi sebagai pembuat tattoo. Tapi, yang jadi masalah bukan itu. Kuta ternyata menjalin hubungan cinta dengan suami orang, yang istrinya sedang hamil tua. Kuta frustasi dan hampir bunuh diri karena ia tidak bisa dengan bebas bertemu dengan kekasihnya itu.

Yang terakhir, adalah Prana. Ia memiliki istri, Sandra (Indah Kalalo) yang bisa meramal melalui media kartu tarot atau ampas teh. Sandra tahu akan ada hal buruk yang menimpa suaminya, dan ia juga tahu, kalau Prana sedang menjalin hubungan dengan perempuan lain dan berniat menikahi perempuan itu. Prana berselingkuh karena ia sangat mendambakan hadirnya seorang anak, sementara Sandra tidak kunjung hamil.

Di suatu malam, ketika sedang menuju tempat konser, anggota Topeng berada dalam satu mobil (ni satu lagi kebiasaan mereka yang harus berangkat konser bersama-sama). Ketika itu hujan lebat. Sandra yang punya firasat buruk segera menelepon suaminya. Tapi, kecelakaan tidak dapat dihindari. Semua meninggal dunia, kecuali Canting.

Sebelum ‘pergi’, arwah teman-temannya menitipkan pesan-pesan kepada Canting, untuk diteruskan kepada orang-orang terdekat mereka, agar mereka bisa dengan tenang meninggalkan dunia ini.

Seperti film-film sebelumnya, sebut saja Belahan Jiwa, atau Piano Tak Berdawai, film-film hasil karya Sekar Ayu Asmara, selalu dipenuhi dengan nuansa mistis dan gelap. Setiap tokoh juga punya masalah rumit yang seolah berhubungan dengan ‘kejiwaan’. Lihat aja tokoh Brazil, meskipun gak ‘sakit jiwa’ tapi punya koleksi yang cukup aneh. Nuansa mistis tergambar setiap kali adegan mengambil tempat di rumah Prana, di mana Sandra bisa meilhat gunung berapi yang mengeluarkan asap tebal seolah siap meletus. Belum lagi, burung kakak tua bernama Kuncen yang matanya aja bikin serem. Tapi, agak cape’ juga dengan Canting yang sering banget memaki-maki orang dengan kata favoritnya itu. Yang gue suka sih, Lukman Sardi, yang peran-perannya di setiap film pasti beda-beda. Dan, kaya’nya Lukman Sardi emang lebih pantes jadi tokoh yang agak ‘nyeleneh’ disbanding tokoh Umar yang alim di Nagabonar (Jadi) 2.

0 comments:

Newer Post Older Post Home