Blogger Template by Blogcrowds.

Cast: Hilary Swank, Patrick Dempsey, Scott Glenn, Imelda Staunton
Director: Richard Lagravenese

Writer: Richard Lagravenese


KELAS 203
Erin Gruwell (Hilary Swank) tidak menyadari apa yang akan dihadapinya saat diterima menjadi guru di Wilson High School. Sebagai seorang fresh graduate, Erin mendapatkan tugas mengajar pertama di Room 203, yang berisi siswa yang sudah “tersingkirkan” dari sistem pendidikan dan dianggap “tidak bisa dididik lagi”. Para remaja yang menjadi murid Erin berasal dari berbagai macam latar belakang rasial, dan mereka semua rentan terhadap kekerasan jalanan dan narkoba.

Sebagai seorang guru muda (23 tahun) yang masih penuh idealisme, Erin berusaha sebisa mungkin untuk menjalankan tugasnya. Dengan berbagai cara, dia mencoba menarik perhatian para siswanya. Cara belajar yang menyenangkan diterapkannya di kelas. Misalnya, untuk mempelajari puisi, dia menggunakan lirik lagu rap. Dia juga memberikan banyak permainan untuk dilakukan di kelas. Perlahan-lahan, saking terobsesinya Erin untuk memajukan pendidikan muridnya, tanpa sadar waktu pribadinya tersita. Untuk membelikan muridnya buku bacaan yang bermutu—karena sekolah tidak bersedia menyediakan buku untuk mereka—dia bersedia mengambil pekerjaan paruh waktu di dua tempat.

Lambat laun, pernikahannya pun menjadi korban, karena suaminya (Patrick Dempsey) tidak tahan ditinggalkan oleh istrinya bekerja mati-matian sepanjang hari. Tapi, Erin tidak menyerah. Terinspirasi pada buku harian Anne Frank, dia menghadiahkan jurnal untuk para muridnya. Dia menugasi mereka untuk menuliskan apa pun yang ingin mereka tulis di dalam jurnal itu. Ternyata, tugas itu betul-betul menginspirasi para muridnya. Dengan jurnal itu, mereka menjadi semakin terbuka, semakin bisa menerima keberadaan teman-teman mereka yang berasal dari berbagai latar belakang, dan Room 203 pun menjadi seakrab sebuah keluarga bahagia. Jurnal itulah yang kemudian dinamakan “The Freedom Writers Diary”.

Sebagai sebuah kisah nyata, film ini sangat menggugah perasaan. Erin Gruwell sendiri hingga sekarang masih menjadi motor dalam Freedom Writers Foundation, sebuah organisasi yang menggalakkan metoda mengajar alternatif.


NONTON BARENG
Freedom Writers ini menjadi film pertama yang dipilih dalam program nonton bareng Keluarga Kutu Buku Gila (yang anggotanya adalah para penjaga loket bioskop norak ini, ditambah para figuran, dan sebagian pemilik bioskop tetangga). Tentu saja yang dimaksud nonton bareng ini bukan duduk bersama dan nonton bersama, tetapi nonton di rumah masing-masing, dan waktunya pun nggak bersamaan, hahahaa. Pokoknya intinya menonton film yang sama, begitu. Alasan kenapa film ini dipilih, tentu saja karena film ini berhubungan dengan buku. Karena kami kan kutu buku yang berdedikasi, gitu lhuwoh (yah, meskipun gila).

Berbagai pendapat tentang film ini pun bermunculan. Ada yang sangat menyukainya, ada yang biasa saja. Memang menyentuh melihat perjuangan Erin Gruwell, tapi kadang-kadang menyebalkan juga melihat kekeraskepalaannya (sampai suaminya kabur begitu), tapi mungkin memang keras kepala merupakan salah satu syarat kesuksesan, ya? Ada yang terharu saat menontonnya, ada yang bosan karena film ini rasanya nggak original (yah, dari segi cerita, silakan dibandingkan dengan Dangerous Minds, Sister Act, atau The Chorus).

Yang jelas, percaya atau tidak, melihat para siswa Erin yang rajin menulis terasa bagaikan lecutan cambuk bagi kami para blogger yang terkadang malas meng-update blog ini, hahaha. Baiklah, silakan saksikan film ini! Atau, buat yang sudah nonton, bagikan pengalaman nontonnya kepada kami. Sudah saatnya para Kutu Buku Gila memikirkan film selanjutnya untuk ditonton bareng. (Hmm, tapi mungkin nanti gantian ya, yang bagian nulis reviewnya, hehehehee ….)

-Loket 1-
Film ini ditayangkan secara serentak di semua Loket Bioskop Norak.

crossposting dari bioskop norak

Do not trust anyone. Do not show emotion. Do not fall asleep.


Sebuah pesawat ulang alik meledak ketika sedang berusaha melakukan pendaratan darurat. Kejadian ini mengguncang Amerika. Setelah diselidiki, ada sejenis spora yang menempel di pecahan-pecahan pesawat tersebut. Salah seorang penyelidik kejadian itu, Tucker Kauffman (Jeremy Northam) terluka ketika menyentuh salah satu pecahan. Ternyata, luka itu membawa sebuah virus yang menyerang ketika sedang tertidur. Perilaku Tucker berubah menjadi sangat aneh. Ekspresi wajahnya datar dan tidak ada emosi dalam perasaannya.

Sementara itu, seorang istri, Wendy Lenk (Veronica Carthwright) merasa aneh dengan perilaku suaminya yang tidak biasa. Ia berkonsultasi dengan Carol Bennell (Nicole Kidman), seorang psikolog yang mantan istri Tucker. Secara kebetulan, Carol juga merasa ada yang aneh dengan mantan suaminya ketika Tucker menelponnya. Ada suatu perasaan takut yang berlebihan ketika Tucker meminta Oliver (Jackson Bond), anak mereka, untuk tinggal bersamanya.

Carol melihat semakin banyak keanehan dengan orang-orang disekelilingnya. Ia melihat semua orang di jalan bagai robot. Ditambah lagi, ketika di malam Halloween, Oliver dan teman-temannya sedang ber-trick or treat, seorang anjing menyerang salah satu teman Oliver, teman Oliver itu tidak menunjukkan rasa sakit atau takut. Tiba-tiba saja, di tangan Oliver ada seperti karet plastic transparan, tapi ketika dilihat lebih lanjut ada sesuatu yang bergerak-gerak di plastic itu.

Carol membawanya ke Dr. Ben Driscoll (Daniel Craig), agar benda itu segera diselidiki. Sementara itu, Carol semakin tidak tenang karena Oliver sedang berada di rumah Tucker. Dari teman Ben, Dr. Galeano (Jeffry Wright) segera diketahui apa benda aneh itu.

Keanehan semakin meluas. Banyak orang-orang yang belum terjangkit virus itu ditangkap polisi. Carol ketakutan. Di sebuah kereta bawah tanah, Carol mendapat pelajaran, bahwa ia harus bersikap wajar, tanpa emosi, hingga polisi tidak bisa melacak siapa yang sudah tertular, siapa yang belum.

Carol pun bermaksud membawa pulang Oliver dari rumah Tucker. Tapi, ternyata Oliver sudah dipindahkan ke rumah ibu Tucker. Carol terjebak, dan Tucker ‘memuntahi’nya dengan virus itu, Carol pun tertular. Carol berusaha agar ia tetap terjaga agar virus itu tidak bisa menyerang tubuhnya.

Ketika akhirnya Carol berhasil menjemput Oliver, yang ternyata punya antibody, hingga ia kebal terhadap penyakit itu. Carol dan Oliver pun harus lari sana-sini agar mereka tidak tertangkap oleh Tucker dan anak buahnya.

Sementara di luar negeri, semua sibuk mencari penangkal virus itu, pemerintah Amerika seolah tutup mata dengan korban yang semakin banyak. Ada konspirasi dan intrik-intrik di balik sikap pemerintah Amerika itu.

Film ini sebenernya asyik, jenis science-fiction, tapi ketegangannya rada kurang. Kaya’nya jadi sibuk ngeliatin Nicole Kidman lari-larian. Ngeri banget ngeliat orang-orang yang udah kena penyakit itu, bener-bener bar-bar waktu ngeliat Carol sama Oliver melarikan diri. Bener-bener gak punya perasaan. Ada satu adegan yang ngilu banget, waktu ada anak dan bapak terjun dari gedung tinggi, tapi orang-orang yang ngeliat cuek aja, seperti ngeliat sesuatu hal yang biasa. Terus, aktingnya Daniel Craig si James Bond itu, juga biasa aja, datar. Tapi, cocok juga sih, jadinya bikin orang bingung, dia juga sakit atau gak sih?

Newer Posts Older Posts Home