Film 'Ekskul' ini sempet bikin heboh karena keluar sebagai Film Terbaik di FFI 2006. Film yang bikin para pekerja film ngembaliin Piala Citra mereka. Katanya film ini gak layak untuk menang, lalu katanya ada masalah dengan hak cipta dengan lagu yang jadi ilustrasi musik di film ini.
Film ini disutradarai oleh Nayato Fio Nuola, dibuat berdasarkan sebuah kisah nyata. Bercerita tentang kekerasan yang dialami oleh Joshua (Ramon Y. Tungka). Di rumah, setiap melakukan kesalahan, Joshua selalu mendapatkan hukuman fisik. Orang tua Joshua mendidik dengan cara yang amat keras.
Sementara itu di sekolah, Joshua jadi anak yang pendiam dan menjadi bulan-bulanan teman-temannya. Joshua mengalami pelecehan dari teman-temannya. Ia digantung di sekolah, dipukuli… wah.. pokoknya ‘luar biasa’ banget untuk kelakuan anak-anak SMU. Setiap ia mengalami tindak kekerasan, tidak ada yang pernah bisa membelanya, teman-teman satu sekolahnya hanya bisa mentertawakannya. Bahkan, gadis yang pernah jadi kekasihnya, Kattie (Metta Yunatria), hanya bisa menatap kasihan tanpa mampu berbuat apa-apa.
Lama-lama, Joshua menjadi tertekan dan emosinya jadi gak stabil. Ia mulai membawa senjata ke sekolah. Dan suatu hari, ia masuk ke ruang guru, dan menulis surat panggilan untuk ke enam orang yang dianggapnya sebagai ‘penyebab’ sakit hatinya. Enam orang itu adalah Kattie, Jessica, Emi, Mike, Matius dan Jerry. Tanpa rasa curiga, keenam anak ini memenuhi panggilan dari ‘guru’ mereka.
Ketika semua sudah masuk ke dalam ruang guru, Joshua masuk dengan menodongkan pistol. Tindakannya membabi buta. Diiringi dengan jeritan dari Kattie, Jessica dan Emi. Joshua ingin membuat mereka semua menderita seperti apa yang dulu mereka lakukan terhadap dirinya. Guru-guru panik. Polisi pun dikerahkan. Tujuan Joshua hanya ingin membalas sakit hatinya. Penyanderaan terhadap teman-temannya merupakan sebuah bentuk ‘protes’ karena sudah tidak bisa menanggung beban dan perlakuan kasar.
Joshua tetap bertahan meskipun para guru dan orang tuanya sudah memintanya untuk menyerah. Tapi, Joshua ingin menunjukkan inilah akibat dari semua yang telah ia lewati.Joshua melakukan hal yang sama seperti yang ia terima dulu, seperti menyelupkan kepala ke dalam toilet, menggantung salah satu dari tiga laki-laki yang ia sandera, lalu memukuli Mike.
Ketika ia menggantung temannya di hadapan orang banyak yang menanti di luar sekolah ia bertanya, “Mana? Kenapa gak ada yang ketawa? Dulu waktu gue digantung, semua pada tertawa? Kenapa diam? Ayo, ketawa…!!” (ehmmm… kira-kira gitu sih… kalimatnya…)
Film ini bernuansa ‘gelap’. Kejadian saat penyanderaan diselang-selingi dengan berbagai peristiwa yang membentuk Joshua menjadi pribadi yang tertekan, labil. Film ini berakhir dengan tragis…
Film ini disutradarai oleh Nayato Fio Nuola, dibuat berdasarkan sebuah kisah nyata. Bercerita tentang kekerasan yang dialami oleh Joshua (Ramon Y. Tungka). Di rumah, setiap melakukan kesalahan, Joshua selalu mendapatkan hukuman fisik. Orang tua Joshua mendidik dengan cara yang amat keras.
Sementara itu di sekolah, Joshua jadi anak yang pendiam dan menjadi bulan-bulanan teman-temannya. Joshua mengalami pelecehan dari teman-temannya. Ia digantung di sekolah, dipukuli… wah.. pokoknya ‘luar biasa’ banget untuk kelakuan anak-anak SMU. Setiap ia mengalami tindak kekerasan, tidak ada yang pernah bisa membelanya, teman-teman satu sekolahnya hanya bisa mentertawakannya. Bahkan, gadis yang pernah jadi kekasihnya, Kattie (Metta Yunatria), hanya bisa menatap kasihan tanpa mampu berbuat apa-apa.
Lama-lama, Joshua menjadi tertekan dan emosinya jadi gak stabil. Ia mulai membawa senjata ke sekolah. Dan suatu hari, ia masuk ke ruang guru, dan menulis surat panggilan untuk ke enam orang yang dianggapnya sebagai ‘penyebab’ sakit hatinya. Enam orang itu adalah Kattie, Jessica, Emi, Mike, Matius dan Jerry. Tanpa rasa curiga, keenam anak ini memenuhi panggilan dari ‘guru’ mereka.
Ketika semua sudah masuk ke dalam ruang guru, Joshua masuk dengan menodongkan pistol. Tindakannya membabi buta. Diiringi dengan jeritan dari Kattie, Jessica dan Emi. Joshua ingin membuat mereka semua menderita seperti apa yang dulu mereka lakukan terhadap dirinya. Guru-guru panik. Polisi pun dikerahkan. Tujuan Joshua hanya ingin membalas sakit hatinya. Penyanderaan terhadap teman-temannya merupakan sebuah bentuk ‘protes’ karena sudah tidak bisa menanggung beban dan perlakuan kasar.
Joshua tetap bertahan meskipun para guru dan orang tuanya sudah memintanya untuk menyerah. Tapi, Joshua ingin menunjukkan inilah akibat dari semua yang telah ia lewati.Joshua melakukan hal yang sama seperti yang ia terima dulu, seperti menyelupkan kepala ke dalam toilet, menggantung salah satu dari tiga laki-laki yang ia sandera, lalu memukuli Mike.
Ketika ia menggantung temannya di hadapan orang banyak yang menanti di luar sekolah ia bertanya, “Mana? Kenapa gak ada yang ketawa? Dulu waktu gue digantung, semua pada tertawa? Kenapa diam? Ayo, ketawa…!!” (ehmmm… kira-kira gitu sih… kalimatnya…)
Film ini bernuansa ‘gelap’. Kejadian saat penyanderaan diselang-selingi dengan berbagai peristiwa yang membentuk Joshua menjadi pribadi yang tertekan, labil. Film ini berakhir dengan tragis…
Labels: Ekskul
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Eskul ini katanya menang festival trus diboikot ama peserta yang lain.. Beneran ga??
Anonymous said...
12:47 AM, March 13, 2007
Eh ternyata beneran diboikot. Tadi baca reviewnya terburu-buru sehingga paragrap pertama kelewatan heheheh
Anonymous said...
7:42 AM, March 13, 2007