Sekitar tahun 2002, gue pernah baca buku Jakarta Undercover karangan Moammar Emka. Dan gue cukup ‘terkejut-kejut’ dengan cerita yang ada di sana, ternyata ada bagian lain di kota Jakarta yang belum terlelap di saat mungkin pada waktu yang sama, bagian lain sudah ada di alam mimpi.
Ya, gue surprise, ada yang berani mengungkapkan hal ini dalam sebuah buku. Biasanya kan, hanya di majalah-majalah aja. Dan, rasanya, semenjak Jakarta Undercover itu terbit, mulailah menjamur buku dengan cerita-cerita sejenis, bahkan di televise pun, banyak acara yang mengupas kehidupan malam di Jakarta.
Nah, tiba-tiba sekarang ada film Jakarta Undercover, gue sama suami gue mencoba ‘membuktikan’ sejauh apa film itu bercerita tentang kehidupan malam Jakarta. Apa sama aja seperti yang di tv atau seheboh bukunya.
Nama Luna Maya seperti cukup menjual film ini. Terbukti di bioskop PIM I, kursi hampir terisi penuh, gak hanya sudah bisa dibilang dewasa, tapi banyak juga tuh, abg-abg yang nonton film ini.
Adegan dibuka di sebuah gay & lesbian bar milik Jeffry (Christian Sugiono) yang bernama Over Lust. Sexy dancer sedang meliuk-liukkan tubuhnya dengan iringan musik yang menghentak yang ‘diramu’ DJ Iren (Laura Antoniette). Suasana terlihat cukup panas. Beberapa wajah selebritis jadi cameo sebagai tamu di bar ini, ada Mario Lawalatta, ada Fauzi Badillah, ada Hanung Bramantyo.
Sementara itu, di ruang ganti, para waria sibuk berdandan untuk giliran tampil berikutnya. Di antara mereka adalah dua sahabat, Amanda (Fachri Albar) dan Viki (Luna Maya). Viki terpaksa ‘menyamar’ sebagai banci agar bisa bekerja di bar itu. Bukannya dengan senang hati ia melakukan pekerjaan itu, tapi terpaksa, demi menghidupi dirinya sendiri dan adiknya, Ara (Kenshiro Arashi). Mereka berdua kabur dari rumah, setelah tanpa sengaja, Viki membunuh ayahnya (Ray Sahetapy) ketika sedang berusaha membela ibunya (Tuti Kirana) yang sedang dipukuli ayahnya. Viki terpaksa membawa Ara ke bar itu, karena tidak ada yang mau menjaga Ara.
Ketika giliran mereka tampil, Viki menjadi penari utama. Di antara tamu-tamu itu, ada 3 orang pria – Haryo (Lukman Sardi), Joseph (Verdi Solaiman) dan Teddy (Adry Valeri Wens). Hario bertaruh kalau malam ini dia bisa mendapatkan Viki.
Tapi, ternyata, Viki bukanlah ‘banci’ gampangan. Ia hanya mau menari tanpa disentuh atau melakukan lebih daripada pekerjaannya. Karuan Haryo marah. Jeffrey memberi ganti ‘waria’ lain untuk menemani mereka.
Tanpa sengaja, Haryo membunuh waria itu. Di sinilah cerita dimulai. Ketika mereka sedang membuat rencana untuk membuang mayat waria itu, mereka tidak tahu kalau di dalam lemari di ruang meeting itulah, Ara disembunyikan Viki dan ia menyaksikan perbuatan mereka.
Ketika Haryo tahu bahwa ada orang lain dalam ruang itu selain mereka berempat, dia langsung naik pitam. Maklum sebagai anak hakim terkenal, dia tidak mau kalau masalah ini sampai terdengar keluar. Langsung ia meminta Jeffrey untuk melihat rekaman kamera. Dan, ketahuanlah siapa yang ada di dalam ruangan itu.
Dan, ketahuan pulalah siapa Viki sebenarnya. Demi sahabatnya, Amanda rela mati daripada harus menyerahkan Viki.
Adegan selanjutnya, adalah kejar-kejaran antara Viki dan Haryo beserta teman-temannya. Ara yang sempat diculik Teddy, berhasil diambil kembali oleh Viki. Untunglah, Viki termasuk perempuan yang cerdas, yang punya akal meskipun dalam keadaan terdesak. Malam itu, benar-benar jadi malam yang panjang untuk mereka semua.
Ya, gue surprise, ada yang berani mengungkapkan hal ini dalam sebuah buku. Biasanya kan, hanya di majalah-majalah aja. Dan, rasanya, semenjak Jakarta Undercover itu terbit, mulailah menjamur buku dengan cerita-cerita sejenis, bahkan di televise pun, banyak acara yang mengupas kehidupan malam di Jakarta.
Nah, tiba-tiba sekarang ada film Jakarta Undercover, gue sama suami gue mencoba ‘membuktikan’ sejauh apa film itu bercerita tentang kehidupan malam Jakarta. Apa sama aja seperti yang di tv atau seheboh bukunya.
Nama Luna Maya seperti cukup menjual film ini. Terbukti di bioskop PIM I, kursi hampir terisi penuh, gak hanya sudah bisa dibilang dewasa, tapi banyak juga tuh, abg-abg yang nonton film ini.
Adegan dibuka di sebuah gay & lesbian bar milik Jeffry (Christian Sugiono) yang bernama Over Lust. Sexy dancer sedang meliuk-liukkan tubuhnya dengan iringan musik yang menghentak yang ‘diramu’ DJ Iren (Laura Antoniette). Suasana terlihat cukup panas. Beberapa wajah selebritis jadi cameo sebagai tamu di bar ini, ada Mario Lawalatta, ada Fauzi Badillah, ada Hanung Bramantyo.
Sementara itu, di ruang ganti, para waria sibuk berdandan untuk giliran tampil berikutnya. Di antara mereka adalah dua sahabat, Amanda (Fachri Albar) dan Viki (Luna Maya). Viki terpaksa ‘menyamar’ sebagai banci agar bisa bekerja di bar itu. Bukannya dengan senang hati ia melakukan pekerjaan itu, tapi terpaksa, demi menghidupi dirinya sendiri dan adiknya, Ara (Kenshiro Arashi). Mereka berdua kabur dari rumah, setelah tanpa sengaja, Viki membunuh ayahnya (Ray Sahetapy) ketika sedang berusaha membela ibunya (Tuti Kirana) yang sedang dipukuli ayahnya. Viki terpaksa membawa Ara ke bar itu, karena tidak ada yang mau menjaga Ara.
Ketika giliran mereka tampil, Viki menjadi penari utama. Di antara tamu-tamu itu, ada 3 orang pria – Haryo (Lukman Sardi), Joseph (Verdi Solaiman) dan Teddy (Adry Valeri Wens). Hario bertaruh kalau malam ini dia bisa mendapatkan Viki.
Tapi, ternyata, Viki bukanlah ‘banci’ gampangan. Ia hanya mau menari tanpa disentuh atau melakukan lebih daripada pekerjaannya. Karuan Haryo marah. Jeffrey memberi ganti ‘waria’ lain untuk menemani mereka.
Tanpa sengaja, Haryo membunuh waria itu. Di sinilah cerita dimulai. Ketika mereka sedang membuat rencana untuk membuang mayat waria itu, mereka tidak tahu kalau di dalam lemari di ruang meeting itulah, Ara disembunyikan Viki dan ia menyaksikan perbuatan mereka.
Ketika Haryo tahu bahwa ada orang lain dalam ruang itu selain mereka berempat, dia langsung naik pitam. Maklum sebagai anak hakim terkenal, dia tidak mau kalau masalah ini sampai terdengar keluar. Langsung ia meminta Jeffrey untuk melihat rekaman kamera. Dan, ketahuanlah siapa yang ada di dalam ruangan itu.
Dan, ketahuan pulalah siapa Viki sebenarnya. Demi sahabatnya, Amanda rela mati daripada harus menyerahkan Viki.
Adegan selanjutnya, adalah kejar-kejaran antara Viki dan Haryo beserta teman-temannya. Ara yang sempat diculik Teddy, berhasil diambil kembali oleh Viki. Untunglah, Viki termasuk perempuan yang cerdas, yang punya akal meskipun dalam keadaan terdesak. Malam itu, benar-benar jadi malam yang panjang untuk mereka semua.
Akting pemainnya, yang paling gue suka adalah Lukman Sardi, sukses bikin gue sebel banget sama gayanya yang sok, arogan, tapi... hehe.. pas ditelepon sama bokapnya langsung ketakutan. Laura Antoinette, biar pun sedikit juga sempat mencuri perhatian dengan gayanya yang cuek, tapi koq, sedikit mirip sama Sausan ya? Fachri Albar... cowok cakep ini ok juga buat jadi 'banci'. Satu ucapannya yang gue inget, "Sshhh.. my baby don't cry." Nah.. kalo Luna Maya, di saat dia harus mikirin adiknya, dia tetap 'cepat tanggap' jadi penari dadakan di klub malam biar bisa dapet uang. Gue seneng sama tokoh Viki, cewek tough yang gak gampang nyerah and bisanya cuma nangis. Mandiri banget...
Jadi, kalau mengharapkan begitu banyak adegan tarian-tarian seksi Luna Maya di film ini, siap-siap kecewa. Karena semua itu hanya ada di awal film. Di film ini, bertaburan ucapan “F**K!!” Bener banget kalau sering denger ucapan, “Jakarta itu keras, Bung!!”
Tapi, gue cukup salut dengan keberanian para pemain, sutradara, produser untuk membuat film yang kontroversial ini. Siap-siap menghadapi aksi demo... hehehe...
Labels: Jakarta Undercover
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment