Di sebuah sudut kota Jakarta, 20 tahun yang lalu, di saat yang hampir bersamaan, 4 orang ibu sedang berjuang melahirkan anak pertama mereka. Keempat anak itu tumbuh menjadi sahabat karena memang mereka bertetangga di sebuah kampung. Sejak balita, masuk SD mereka selalu sama-sama. Mandi di kali, main layangan di atas genteng rumah.
Ketika beranjak dewasa, mereka punya cita-cita yang berbeda. Mae (Nirina Zubir), satu-satunya perempuan di antara mereka, lulus dari sekolah sekretaris, padalah cita-cita sebenarnya jadi Polwan. Bisa jadi dipengaruhi sifat tomboynya karena bergaul dengan anak laki-laki. Lalu, ada Guntoro (Desta ‘Club Eighties’), punya cita-cita jadi pelaut, tapi tidak kesampaian, terus, Beni (Ringgo Agus Rahman), si ‘boxer-wanna be’ yang malah sekolah pertanian, dan Eman (Aming) hanya bertahan satu bulan di pesantren, karena cita-cita sesungguhnya jadi politikus.
Mereka berempat berakhir jadi sekelompok anak muda yang frustasi dan jadi pengangguran. Beruntung sih, mereka anak baik-baik, kerjaan mereka paling-paling nongkron di pondok pinggir kali, main gaple dan cela-celaan.
Masalah muncul, ketika Pak Mardi (Jaja Mihardja) dan Bu Mardi (Meriam Bellina) khawatir dengan Mae. Sikap tomboy Mae memicu kekhawatiran kalo Mae gak bakal dapet jodoh. Karena mereka tau, di kampung mereka gak akan ada yang mau sama Mae yang galak, maka mereka berdua berkeliling ke kampung tetangga untuk mencari anak laki-laki sebagai jodoh potensial anak perempuan mereka satu-satunya itu.
Datanglah calon pertama, seorang guru SMP yang culun. Mae dipaksa berdandan layaknya seorang perempuan yang feminine. Tentu saja calon satu ini gak berkenan di hati Mae, dan Mae langsung member I isyarat warna merah pada Beni, yang artinya calon ini ‘ditolak’. Calon kedua juga pemuda culun, ditolak Mae. Calon-calon yang ditolak Mae diberi pelajaran oleh Beni, Guntoro dan Eman, biar mereka gak berani lagi balik ke kampun itu untuk ketemu sama Mae.
Baru, pas calon ketiga datang, seorang binaragawan bertubuh besar, yang juga ditolak Mae. Tapi, malah teman-teman Mae yang masuk rumah sakit karena dihajar binaragawan itu. Ternyata, Bobby, nama cowok itu, adalah bodyguard seorang cowok keren, anak orang kaya bernama Rendy (Richard Kevin). Rendy, yang capek pacaran dengan cewek manja, tertantang untuk mendekati Mae setelah mendengar deskripsi Bobby.
Datanglah Rendy ke kampung Mae, yang langsung disambut tatapan tak percaya dari orang tua Mae. Mae gak yang gak sempet dandan, malah langsung membuat Rendy jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gaya tomboy dan cueknya. Mae juga langsung klepek-klepek… akhirnya Mae jatuh cinta.
Tapi, semua jadi runyam, gara-gara Eman yang buta warna salah membaca isyarat dari Mae. Yang harusnya warna hijau, malah diterjemahkan warna merah oleh Eman. Langsung ketiga sahabat Mae itu menghadang Rendy ketika ia pulang dari rumah Mae. Demi solidaritas, mereka menghajar Rendy. Rendy pun ngambek.
Buntutnya, Bu Mardi stress dan masuk rumah sakit. Mae merasa bersalah,s ampai-sampai karena putus asa, ia meminta salah satu dari temannya untuk jadi pendampingnya dan mau menikahinya. Ketiga cowok itu akhirnya mengundi,s iapa yang harus jadi pendamping Mae.
Ceritanya lumayan kocak, cerita tentang persahabatan. Yang paling mengharukan, adalah pas Mae marah karena Eman salah baca tanda, dan mereka semua bilang, sebenernya apa pun warna isyarat dari Mae, mereka akan tetap bilang itu ‘merah’ karena mereka sayang sama Mae, dan gak rela Mae diambil orang lain.
Yang membuat gue rada gak sreg, sih, adegan tawuran antar kelompok kompleksnya Rendy yang anak-anak orang kaya melawan anak-anak kampung Mae. Uuhhh… sebel aja litany. Ternyata, mau anak kampung, mau anak kompleks elit, sama aja… ujung-ujungnya tawuran juga… padahal si Rendy sendiri bilang, yang pake kekerasan hanya orang-orang primitif. Tapi, kalo udah emosi… gak ada deh, yang namanya pake otak.
Untung, ending-nya adalah pas Mae mau nikah, gak berakhir kaya’ sinetron dengan adegan menangis. Meski Mae gak nikah sama cowok yang dimau, tetap aja… cekikikan…
Ketika beranjak dewasa, mereka punya cita-cita yang berbeda. Mae (Nirina Zubir), satu-satunya perempuan di antara mereka, lulus dari sekolah sekretaris, padalah cita-cita sebenarnya jadi Polwan. Bisa jadi dipengaruhi sifat tomboynya karena bergaul dengan anak laki-laki. Lalu, ada Guntoro (Desta ‘Club Eighties’), punya cita-cita jadi pelaut, tapi tidak kesampaian, terus, Beni (Ringgo Agus Rahman), si ‘boxer-wanna be’ yang malah sekolah pertanian, dan Eman (Aming) hanya bertahan satu bulan di pesantren, karena cita-cita sesungguhnya jadi politikus.
Mereka berempat berakhir jadi sekelompok anak muda yang frustasi dan jadi pengangguran. Beruntung sih, mereka anak baik-baik, kerjaan mereka paling-paling nongkron di pondok pinggir kali, main gaple dan cela-celaan.
Masalah muncul, ketika Pak Mardi (Jaja Mihardja) dan Bu Mardi (Meriam Bellina) khawatir dengan Mae. Sikap tomboy Mae memicu kekhawatiran kalo Mae gak bakal dapet jodoh. Karena mereka tau, di kampung mereka gak akan ada yang mau sama Mae yang galak, maka mereka berdua berkeliling ke kampung tetangga untuk mencari anak laki-laki sebagai jodoh potensial anak perempuan mereka satu-satunya itu.
Datanglah calon pertama, seorang guru SMP yang culun. Mae dipaksa berdandan layaknya seorang perempuan yang feminine. Tentu saja calon satu ini gak berkenan di hati Mae, dan Mae langsung member I isyarat warna merah pada Beni, yang artinya calon ini ‘ditolak’. Calon kedua juga pemuda culun, ditolak Mae. Calon-calon yang ditolak Mae diberi pelajaran oleh Beni, Guntoro dan Eman, biar mereka gak berani lagi balik ke kampun itu untuk ketemu sama Mae.
Baru, pas calon ketiga datang, seorang binaragawan bertubuh besar, yang juga ditolak Mae. Tapi, malah teman-teman Mae yang masuk rumah sakit karena dihajar binaragawan itu. Ternyata, Bobby, nama cowok itu, adalah bodyguard seorang cowok keren, anak orang kaya bernama Rendy (Richard Kevin). Rendy, yang capek pacaran dengan cewek manja, tertantang untuk mendekati Mae setelah mendengar deskripsi Bobby.
Datanglah Rendy ke kampung Mae, yang langsung disambut tatapan tak percaya dari orang tua Mae. Mae gak yang gak sempet dandan, malah langsung membuat Rendy jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gaya tomboy dan cueknya. Mae juga langsung klepek-klepek… akhirnya Mae jatuh cinta.
Tapi, semua jadi runyam, gara-gara Eman yang buta warna salah membaca isyarat dari Mae. Yang harusnya warna hijau, malah diterjemahkan warna merah oleh Eman. Langsung ketiga sahabat Mae itu menghadang Rendy ketika ia pulang dari rumah Mae. Demi solidaritas, mereka menghajar Rendy. Rendy pun ngambek.
Buntutnya, Bu Mardi stress dan masuk rumah sakit. Mae merasa bersalah,s ampai-sampai karena putus asa, ia meminta salah satu dari temannya untuk jadi pendampingnya dan mau menikahinya. Ketiga cowok itu akhirnya mengundi,s iapa yang harus jadi pendamping Mae.
Ceritanya lumayan kocak, cerita tentang persahabatan. Yang paling mengharukan, adalah pas Mae marah karena Eman salah baca tanda, dan mereka semua bilang, sebenernya apa pun warna isyarat dari Mae, mereka akan tetap bilang itu ‘merah’ karena mereka sayang sama Mae, dan gak rela Mae diambil orang lain.
Yang membuat gue rada gak sreg, sih, adegan tawuran antar kelompok kompleksnya Rendy yang anak-anak orang kaya melawan anak-anak kampung Mae. Uuhhh… sebel aja litany. Ternyata, mau anak kampung, mau anak kompleks elit, sama aja… ujung-ujungnya tawuran juga… padahal si Rendy sendiri bilang, yang pake kekerasan hanya orang-orang primitif. Tapi, kalo udah emosi… gak ada deh, yang namanya pake otak.
Untung, ending-nya adalah pas Mae mau nikah, gak berakhir kaya’ sinetron dengan adegan menangis. Meski Mae gak nikah sama cowok yang dimau, tetap aja… cekikikan…
Labels: Get Married, Indonesia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Pokerbeken adalah salah satu Agen Poker Online Indonesia untuk permainan judi kartu online yang paling lengkap mulai dari permainan poker online, capsa susun online, ceme online, ceme keliling, super10, omaha dan domino qq.
Semua dapat anda mainkan hanya dengan menggunakan 1 user ID saja yang anda dapatkan dengan melakukan Daftar Poker di PokerBeken. Dengan deposit termurah dibandingkan dengan agen poker yang lain.
Hanya dengan 10 ribu Rupiah saja, anda sudah dapat bermain dan bertaruh judi online domino qq uang asli dan poker uang asli terpercaya yang memberikan bonus deposit terbesar.
pokerbeken sebagai situs judi poker online Terpercaya tentu selalu memiliki komitmen untuk menjadi Daftar IDN Poker Online Teraman yang memberikan bonus besar dan memberikan pelayanan terbaik kepada para membernya.
Dengan menyediakan customer service yang profesional, sopan dan cepat dalam menanggapi keluhan ataupun memproses semua transaksi yang ada.
Layanan ini akan tersedia untuk semua member 24 jam setiap harinya. Saat bermain judi kartu online bersama PokerBeken, dapat dipastikan anda akan bermain 100% player vs player karena anda dapat melakukan interaksi langsung dengan pemain yang lain.
poker online indonesia said...
10:34 PM, April 22, 2019