Cast:
Rachel Leigh Cook – Vanessa
Kenny Doughty – Nick
Paul Hopkins – Andre
3 hari menjelang pernikahannya, Vanessa, membuat pengakuan dosa di sebuah gereja. Tanpa basa-basi, Vanessa langsung duduk di ruang pengakuan dan menceritakan kegelisahannya. Vanessa cerita kalau dia membayangkan sosok pria lain selain calon suaminya, padahal sebentar lagi ia akan menikah. Vanessa tidak tahu kalau dia bercerita bukan pada pastor asli, melainkan pada Nick, tukang kayu yang kebetulan sedang memperbaiki ruang pengakuan.
Dasar Nick adalah playboy kelas kakap, dia sengaja menawarkan bantuan untuk konseling di rumah Vanessa. Vanessa yang sedang gundah gulana menerima ajakan itu sebagai tanpa rasa curiga. Nick pun segera mencari kostum pendeta agar Vanessa semakin percaya.
Omongan Nick yang lemah lembut, penuh makna (dan juga godaan) ditanggapi dengan sepenuh hati oleh Vanessa. Bahkan Vanessa dan Andre, tunangannya, meminta Nick agar mendampingi mereka sampai hari H tiba.
Masalah mulai muncu ketika Nick merasa mulai jatuh cinta pada Vanessa. Nick berusaha menjelaskan pada Vanessa, tapi Vanessa tetap pada pendirian untuk menikah dengan Andre, karena memang dia tidak ada perasaan terhadap Nick.
Di hari pernikahannya, pendeta yang seharusnya memberkati mereka sakit. Nick-lah yang harus memimpin upacara pemberkatan itu. Dengan gayanya yang slenge-an, ia menikahkan Andre dan Vanessa. Tapi, karena ia tahu, Vanessa dan Andre sebenarnya ‘belum’ menikah, ia terus mengejar pasangan itu hingga ke tempat mereka berbulan madu.
Nick mengganggu acara bulan madu Vanessa dan Andre dengan berpura-pura kemasukan setan. Di sini nih, bagian yang ngeselin menurut gue. Membosankan dan gak jelas apa maunya. Rada kepanjangan aja. Akhirnya, terbongkarlah rahasia Nick selama ini, kalau Nick bukanlah seorang pastur atau pendeta.
Vanessa dan Andre akhirnya mengulangi pernikahan mereka. Tapi, Nick tidak tinggal diam. Dia masih saja berusaha menggagalkan upacara pernikahan itu demi mendapatkan cintanya, dan Nick datang pas di saat-saat terakhir.
Endingnya membuat gue kecewa. Standard banget… Ketebak???
Labels: My First Wedding
Tim Allen – Jack Shepard/Captain Zoom
Courtney Co x- Marsha Holloway
Spencer Breslin – Tucker/Mega Boy
Kate Mara – Summer/Wonder
Michale Cassidy – Dylan/Houdini
Ryan Newman – Cindy/Princess
Chevy Chase – Dr. Grant
Kevin Zegers – Connor/Concussion
Bagi anak-anak, Zoom, hanyalah tokoh komik penyelamat dunia. Tapi, sebenarnya Captain Zoom bukanlah tokoh khayalan, dia benar-benar ada dan pernah menyelamatkan dunia.
Tapi, itu… 30 tahun yang lalu. Sekarang, Captain Zoom sudah pensiun jadi pahlawan, semenjak misi terakhir yang membuatnya harus berpisah dengan Connor atau Concussion, kakaknya. Zoom kini akan lebih memilih untuk dipanggil Jack.
Tapi, dunia sekali lagi membutuhkan Captain Zoom untuk jadi penyelamat. Karena, diperkirakan Concussion akan muncul dalam waktu dekat dan Concussion sudah berubah jadi jahat dan jadi ancaman untuk dunia.
Maka, dicarilah jalan untuk agar Jack mau untuk bergabung kembali dalam misi penyelamatan dunia. Dengan setengah hati (karena dibius juga), Jack kembali ‘terdampar’ di sebuah laboratorium. Untuk mendukung misi ini, dipilihlah 4 orang anak dengan kekuatan yang berbeda.
Ada Cindy, gadis cilik berusia 6 tahun dengan kemampuan mengangkat benda-benda yang sangat berat. Lalu, Summer, remaja cewek berusia 16 tahun, yang bisa menggerakkan benda-benda hanya dengan pandangan matanya. Kemudian, Dylan, cowok 17 tahun yang bisa menghilang. Dan terakhir, si gendut Tucker, keahliannya lucu, yaitu bisa memperbesar anggota tubuhnya.
Mereka semua dilatih oleh Jack. Namanya juga anak-anak, ada kalanya mereka malas latihan dan gemar berbuat iseng.
Jack tidak pernah tahu misi yang sebenarnya. Baru ketika anak-anak itu siap dibawa keluar dari lab untuk menghadapi Concussion, Jack pun terpaksa menjadi Captain Zoom kembali.
Hmmm… Untuk ukuran film ‘superhero’, film ini gak seru. Emang sih, gak bisa dibandingin sama Superman atau Spiderman. Ini film keluarga. Jadinya, adegan berantem atau ‘pertempuran’ hanya sedikit di bagian akhir. Itupun hanya sekedar lucu-lucuan, karena Concussion hampir gak ada perlawanan sama sekali. Lebih banyak diliatin bagian mereka latihan untuk jadi superhero.
Labels: Zoom: Academy for Superheroes
Jessica Simpson – Amy
Dane Cook – Zack
Dax Shepard – Vince
Efren Ramirez – Jorge
Brian George – Iqbal
Tim Bagley – Glen Gary
Di sebuah hypermarket, Super Club, setiap bulannya diadakan pemilihan Employee of the Month. Pegawai yang berhasil mendapatkan predikat itu, fotonya akan dipajang di Wall of Fame.
Vince, pegawai bagian kasir, sudah berhasil mendapatkan predikat Employee of the Month selama 17 kali berturut-turut, dan dia juga adalah kasir tercepat wilayah barat. Apabila Vince berhasil mendapatkan gelar ke 18, maka ia akan mendapatkan sebuah mobil.
Sayang, tidak semua orang suka dengan keberhasilan Vince. Apalagi sebenarnya Vince adalah tukang ‘jilat’, gemar pamer, tapi herannya banyak pelanggan wanita yang suka dengan sikap ramahnya. Salah satu yang tidak suka adalah Zack, pegawai bagian kotak. Dua cowok ini selalu bersikap saling bermusuhan kalau ketemu. Vince mempunyai kaki tangan, Jorge, yang selalu siap membantunya. Sedangkan Zack, punya dukungan dengan tiga orang teman - Lon, Iqbal dan Russel.
Persaingan memuncak ketika Super Club kedatangan kasir baru, perempuan cantik bernama Amy. Zack yang panas karena dikalahkan terus sama Vince, bertekad untuk mendapatkan predikat Employee of the Month, dan mematahkan dominasi Vince.
Zack mulai rajin datang tepat waktu, berpakaian lebih rapi, ringan tangan. Semua dilakukan demi mengumpulkan stiker bintang tanda Employee of the Day yang akan dihitung di akhir bulan. Bukan hanya persaingan dalam pekerjaan, tapi juga persaingan dalam memperebutkan hati Amy.
Bahkan Zack mendapatkan kepercayaan sebagai kasir ketika salah seorang kasir meninggal dunia. Tapi, semua kesuksesan harus dibayar dengan semakin jauhnya dia dari teman-teman lamanya. Zack tega menggunakan tempat mereka biasa ngumpul atau yang disebut lounge mereka untuk menyembunyikan kotak demi mendapat perhatian dari sang boss. Zack yang juga membuat Iqbal, salah satu temannya, dipecat, karena Zack lebih memilih ke pertandingan softball padahal seharusnya dia menggantikan shift Iqbal. Bukan hanya itu, alasannya untuk jadi Employee of the Month juga disalahartikan oleh Amy.
Bisa ditebak, di hari terakhir, bintang yang mereka kumpulkan jumlahnya sama. Maka diadakanlah perlombaan di kasir, siapa yang tercepat, dialah yang menang. Vince begitu ambisius, tapi harus diakui caranya ‘bermain’ memang bagus, berkat kerja samanya dengan Jorge.
Jadi siapa yang akhirnya jadi Employee of the Month? Semi, si satpam gendut yang akan memberikan jawabannya. Well… well… persaingan itu kejam ternyata…
Labels: Employee of the Month
Kate Hudson – Molly Paterson
Matt Dillon – Carl Paterson
Michael Douglas – Mr. Thompson
Owen Wilson – Randy Dupree
Meskipun teman dekat, sahabat baik, tapi kalo ngeselin lama-lama seperti ‘duri dalam daging’. Begitulah kira-kira yang tergambar dalam film ini.
Selayaknya pasangan pengantin baru, Molly dan Carl ingin membangun sebuah keluarga baru. Pulang dari honeymoon mereka langsung menempati sebuah rumah mungil. Molly adalah seorang guru, dan Carl adalah pegawai di kantor ayah Molly.
Belum lagi mereka habis menikmati masa-masa ‘indah’ awal pernikahan, rumah mereka kedatangan ‘tamu’. Sahabat Carl, yang juga pendamping pria ketika Carl menikah, Dupree, dipecat dan tidak punya tempat tinggal, selama ini ia tidur di bar. Sebagai sahabat yang baik, Carl menawari Dupree untuk tinggal di rumahnya. Awalnya Molly keberatan karena Carl tidak minta pendapat Molly lebih dulu. Tapi, akhirnya Molly menyerah. Dupree diperbolehkan tidur di sofa ruang tamu mereka.
Kehadiran Dupree di rumah mereka sempat menimbulkan berbagai kekacauan. Mengganti suarau di answering machineToilet yang mampet, acara berduaan yang gagal, bahkan puncaknya rumah mereka sempat terbakar ketika Dupree sedang kencan. Dupree pun diminta pergi dari rumah Molly dan Carl.
Ketika sedang berjalan-jalan, Molly melihat Dupree duduk di bawah guyuran hujan. Molly yang tidak tega kembali membawa Dupree untuk tinggal bersama Molly dan Carl.
Lama-lama, kehadiran Dupree membuat Carl cemburu. Carl menuduh Dupree ingin mencuri Molly dari dirinya. Ditambah lagi, stress akibat pembangunan proyek The Oaks. Sang ayah mertua juga ingin agar Molly tetap mempertahankan nama gadisnya, bahkan ia menyuruh Carl yang mengganti nama. Rasa cemburu semakin bertambah karena ayah mertuanya juga menyukai sikap Dupree yang lucu dan apa adanya.
Jadi, ati-ati kalo udah menikah terus deket sama orang (apalagi lawan jenis), salah-salah bikin pasangan kita salah sangka dan cemburu berat.
Labels: Me and Dupree, You
Hillary Duff – Tanzie Marchetta
Haylie Duff – Ava Marchetta
Maria Conchita Alonzo – Inez
Anjelica Hutson – Fabiella
Brent Spiner - Tommy Katzenbach
Lukas Haas – Henry Baines
Marcus Coloma – Rick
Tanzie dan Ava Marchetta bisa dibilang punya segala. Sebagai pewaris sebuah perusahaan kosmetik terkenal, di mana mereka juga jadi bintang iklannya, hidup mereka udah enak banget. Rumah mewah dengan segala peralatan canggih, kartu kredit tanpa limit, pesta setiap hari.
Tapi, suatu hari, di sebuah pesta, diberitakan kalau ternyata night cream dari Marchetta Cosmetics mengandung zat-zat yang bisa membuat kulit jadi iritasi permanen. Karuan pesta jadi kacau, tamu-tamu sibuk ke kamar mandi untuk menghapus make up mereka.
Kedua saudara Marchetta dilarikan ke rumah mereka dalam kejaran wartawan gossip. Berdua di rumah, merenungi nasib mereka. Ketika sedang asyik maskeran, mereka dikagetkan dengan suara-suara orang yang berdemonstrasi di luar rumah mereka, rumah mereka dilempari telur. Karena stress, Ava mencoba merokok, rokok itu kemudian direbut Tanzie dan dilempar sembarangan. Rumah mereka pun terbakar.
Dalam satu malam, mereka kehilangan kehidupan mewah mereka. Rumah terbakar, kartu kredit ditolak, mobil mewah mereka dibawa kabur oleh pemuda nakal yang dikira valet service, Ava batal tunangan dengan bintang soap opera, Mike, karena takut akan merusak reputasi Mike, bahkan teman-teman mereka pun menjauh. Untuk sementara mereka tinggal di rumah bekas pelayan mereka, Inez.
Mereka berdua berusaha merebut kembali apa yang seharusnya menjadi hak mereka sebelum perusahan mereka dijual kepada pesaing perusahaan mereka, Fabiella. Karena gak punya uang untuk menyewa private investigator, mereka berdua yang menyelidiki kasus ini sendiri. Mereka meminta bantuan pengacara untuk memberikan jasa gratis, mengendap-endap masuk ke kantor Marchetta Company dengan menyamar sebagai cleaning service, bahkan Tanzie sempat masuk penjara karena membongkar file di kantor K-TV.
Mereka menelepon para responden dan mendatangi perempuan yang mengaku pernah mengalami kerusakan kulit karena Marchetta Cosmetics.
Akhirnya mereka menemukan jawabannya, bahwa ada orang ‘dalam’ yang ingin menguasai perusahaan mereka. Dengan bantuan pengacara gratis, Henry - (yang akhirnya jadian sama Ava) dan petugas lab Marchetta Cosmetics, Rick – yang sempet dikira petugas parker sama Tanzie, mereka berhasil membongkar kebusukan itu.
Happy ending… they lost their future but got a life
Film ringan dan menghibur .
Labels: Material Girls
Edward Norton – Eisenheim
Jessica Biel - Sophie von Teschen
Paul Giamatti – Inspector Uhl
Rufus Sewell – Crown Prince Leopold
Jangan terlalu percaya sama apa yang kita lihat, karena mungkin itu hanya tipuan, tapi… mungkin ada kebenaran di balik tipuan itu… Haaa… bingung?? Sama… gue juga sempet bingung pas nonton film ini.
Di bagian-bagian awal, gue merasa bosan nontonnya, apalagi, gambarnya sering serba gelap, dan tokoh utamanya, Eishenheim terkesan misterius banget.
Edward… atau dikenal kemudian dengan nama Eisenheim The Illusionist, mengenal sulap atau atau trik ilusi ketika ia masih remaja. Edward adalah anak seorang tukang kayu. Tiba-tiba, suatu hari di tengah padang rumput, ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang memperagakan trik-trik sulap ‘dasar’ seperti mengambil koin yang tiba-tiba muncul dari telinga, sampai ilmu ‘menghilang’. Edward belajar secara otodidak. Keahliannya ini menarik seorang gadis bangsawan, Sophie von Teschen.
Mereka jatuh cinta. Tapi… karena perbedaan ‘kasta’, cinta mereka jadi cinta yang ‘terlarang’. Akhirnya, mereka terpaksa berpisah. Eisenheim mengembara untuk mengasah kemampuannya. Dan, akhirnya, ia kembali lagi ke Wina, menggelar pertunjukkannya yang memukau banyak orang.
Keahliannya ini sampai ke telinga Pangeran Leopold, dia ingin menyaksikan sendiri kehebatan Eishenheim. Dan ketika Pangeran menonton pertunjukkan itu, Eisenheim bertemu kembali dengan Sophie yang ternyata sudah jadi tunangan Pangeran Leopold.
Pangeran Leopold tetap gak percaya dengan kemampuan Eisenheim yang menurutnya penuh tipuan.
Cinta lama bersemi kembali ceritanya. Eisenheim meminta Sophie untuk meninggalkan si Pangeran. Ternyata ada intrik-intrik politik di balik pertunangan Sophie dengan Pangeran Leopold. Buntut dari permintaan Eisenheim agar Sophie meninggalkan pangeran malah berakibat pada kematian Sophie.
Bukti-bukti mengarah pada Pangeran Leopold. Tapi, Inspektur Uhl tidak terlalu percaya pada bukti itu. Inspektur Uhl adalah salah satu ‘pendukung’ Pangeran Leopold.
Eisenheim yang berduka sempat menghentikan pertunjukkannya. Tapi, kemudian, ia bangkit lagi. Eisenheim membeli gedung teather sendiri dan menggelar pertunjukkan baru. Kali ini trik yang ditampilkan bukan hanya sekedar menghilangkan saputangan atau menumbuhkan pohon jeruk. Eisenheim ‘memanggil’ arwah. Kontan penonton kaget dan juga kagum. Tapi, keahlian baru ini mengganggu Inspektur Uhl dan juga Pangeran Leopold. Ditambah, Eisenheim sekarang mempunyai banyak pengikut.
Ketika Pangeran Leopold menyamar sebagai penduduk biasa dan nonton pertunjukkan Eisenheim, arwah Sophie datang. Orang-orang langsung ribut. Inspektur Uhl mengancam, Eisenheim akan dijebloskan ke penjara kalau ia memanggil arwah Sophie lagi.
Tapi, Eisenheim tidak gentar, di pertunjukkan berikut Sophie ‘datang’ lagi. Ketika akan ditangkap, Eisenheim menghilang. Penonton kaget. Inspektur Uhl dan polisi yang berjaga-jaga juga kaget.
Fakta baru di sekitar kematian Sophie muncul. Inspektur Uhl mulai mencurigai Pangeran Leopold.
Endingnya seru menurut gue… Film ini merangkum kisah cinta dan misteri. Hehehe.. Deddy Cobuzier perlu nonton nih…
The Illusionist diangkat dari cerita pendek karya Steven Millhauser berjudul Eisenheim, The Illusionist, yang ada dalam buku kumpulan cerpen - The Barnum Museum.
Do not believe what you see… maybe there’s only illusion…
Perhaps, there’s a truth in this illusion (kata Inspektur Uhl)
Labels: The Illusionist
1. The Illusionist
My favorite: The Illusionist & Employee of the Month
Review-nya nanti dulu... lagi dibuat...
Labels: movies
Casts:
Kirsten Dunst – Marie Antoinette
Jason Schwartzman – Louis XVI
Judi Davis - Comtesse de Noailles
Marianne Faithfull - Maria Teresa
Rose Byrne - Duchesse de Polignac
Kalo denger lagu pembukanya, gak akan nyangka kalo ini adalah film dengan latar belakang sejarah, dan bersetting sekitar abad 18. Membuat film ini jauh dari kesan klasik.
Marie Antoinette, adalah putri bangsawan
Ia harus meninggalkan semua yang ia bawa dari
Suaminya, Louis XVI, pada awalnya bersikap begitu dingin. Di tempat tidur pun, ia hampir tidak pernah menyentuh Marie Antoinette.
Kesendiriannya membuat Marie Antoinette gemar berpesta, berjudi. Malah ia pun nekat flirting di sebuah pesta topeng.
Marie Antoinette, yang kemudian menjadi ratu, mempunya dua orang anak, perempuan dan laki-laki. Raja Louis XVImenghadiahkan sebuah istana untuknya. Istana itu dihias dengan sederhana. Marie Antoinette membuat tamannya menjadi sebuah desa kecil.
Kebahagiaannya terusik dengan kematian anak ketiganya, ditambah lagi Revolusi Perancis yang kian memanas. Tapi, ternyata ia bisa menjadi istrinya yang setia, dengan tetap berada di samping sang Raja. Film ditutup dengan kepergian keluarga kerajaan meninggalkan perancis.
Film ini bisa dibilang sebuah kisah sejarah dengan rasa Amerika. Kirsten Dunst yang emang keliatan centil, memerankan karakter ratu perancis yang legendaris ini dengan genit, tapi juga menyiratkan rasa tertekan ketika ia merasa sudah ‘ditinggalkan’ oleh kaumnya.
Labels: Marie Antoinette
Julia Roberts – Hova
Nicholas Cage – Zoc
Meryl Streep – Queen Ant
Zach Tyler – Lucas Nickle
Regina King – Kreela
Bruce Campbell - Fugax
Jadi anak baru di lingkungan baru kadang gak menguntungkan. Gak punya teman, apalagi untuk anak seperti Lucas Nickle, yang bertubuh kecil, tampak seperti kutu buku. Ia sering jadi bulan-bulanan kenakalan anak yang bertubuh lebih besar dan mempunyai banyak sekutu. Si anak gendut itu bilang, “Because I’m big, and you are small.” Lucas hanya pasrah menerima segala perlakuan kasar dan ejekan dari musuhnya itu.
Buntutnya, Lucas melampiaskan dendamnya, kekesalannya pada semut-semut dengan alasannya yang sama, “Because I’m big, and you are small.” Dan nun jauh di bawah kaki Lucas, semut-semut yang sedang mencari makan dan berada di sarang mereka, panik karena banjir yang tiba-tiba melanda sarang mereka. Sarang mereka hancur, dan persediaan makanan mereka menipis. Semut-semut itu menyebut Lucas sebagai The Destroyer.
Salah satu semut yang juga adalah penyihir, Zoc, sedang membuat sebuah ramuan yang bisa menyelamatkan kaum semut dari The Destroyer. Di tengah malam, ketika Lucas sedang tidur, Zoc masuk ke kamar Lucas, dan meneteskan ramuan itu ke dalam rongga telinga Lucas. Seketika Lucas terbangun dan mendapati dirinya ‘mengecil’. Belum menyadari betul apa yang terjadi, pasukan semut menggotong Lucas dan membawanya ke sarang mereka.
Lucas diadili di depan beribu-ribu semut. Sidang dipimping langsung oleh Ratu Semut. Lucas diberi hukuman untuk tinggal bersama semut, dan harus bisa hidup dengan cara semut. Jika Lucas tidak lulus, maka ia tidak akan bisa kembali menjadi besar.
Hova, salah satu semut betina, bersedia menjadi mentor Lucas. Sifat manusia yang terkadang egois masih melekat pada diri Lucas. Ketika ada serangan serangga pemakan semut, Lucas berlari menyelamatkan dirinya sendiri.
Tapi, lambat laun sifat Lucas berubah. Ia mau belajar memanjat dinding, mau menolong dan bergotong royong, seperti sifat semut yang selalu bekerja sama. Bahkan Lucas juga mengatur strategi untuk menghentikan usaha pembasmian serangga yang sebelumnya dipesan oleh keluarga Lucas.
Tentu aja semuanya happy ending. Karena berhasil lolos dalam ujian itu, Lucas kembali menjadi manusia, dan berubah menjadi anak laki-laki yang lebih berani. Dan ia tidak pernah lupa janjinya pada teman-teman semutnya untuk selalu memberika ‘sweet rocks’.
Seperti film Disney lainnya, film The Ant Bully yang salah satu produsernya adalah Tom Hanks, sarat dengan pelajaran. Salah satunya yang ada di film ini, adalah, gak boleh egois, contohlah semut yang selalu bergotong-royong dan mau bekerja keras. The Ant Bully diangkat dari buku yang ditulis oleh John Nickle.
Labels: The Ant Bully
Cast:
Rudy Youngblood – Jaguar Paw
Dahlia Hernandez – Seven
Carlos Emilio Baez – Turtle Run
Morris Birdyellowhead – Flint Sky
Raoul Trujillo – Zero Wolf
Ricardo Diaz Mendoza – Cut Rock
Well…well… well… what a ‘great’ movie. Lagi-lagi gue harus nonton film ‘berdarah’… malam jum’at lagi. Dan, sepanjang film ini, gue deg-degan gak karuan, seperti yang gue rasakan waktu gue nonton ‘Pathfinder’.
‘Apocalypto’ adalah film arahan Mel Gibson, yang selalu sukses bikin film kolosal kaya’ Braveheart, Passion of the Christ. Mengambil setting di Yucatan (Meksiko). Bercerita tentang kehidupan suku Maya di pedalaman. Film ini memakai bahasa Yukatek – Maya (ini menurut wikipedia.com). Mereka ini diceritakan masih primitive banget, mereka hidup di hutan, senang berburu, pakaiannya masih ‘minim’ banget, yang cowok hanya ‘bercawat’ (aih.. bahasanya), dan yang cewek sama aja, hanya memakai pakaian yang hanya untuk menutupi dadanya. Mereka masih percaya dengan takhyul.
Suatu hari, ketika mereka sedang berburu di hutan, mereka ketemu sekelompok orang dari suku lain yang melarikan diri dari desa mereka. Kata mereka, desanya diserang.
Di suatu pagi, Jaguar Paw bermimpi mendengar gonggongan anjing dan peringatan untuk melarikan diri. Dan benar aja, ketika terbangun, ia melihat ada orang-orang asing bersenjata tajam yang mengendap-endap masuk desa mereka. Langsung ia berusaha melindungi istrinya, Seven, yang lagi hamil tua dan anaknya. Istri dan anaknya, Turtle Run sembunyi di sebuah sumur.
Penduduk desa langsung kocar-kacir. Orang asing itu menyerang mereka tanpa ampun. Yang melawan langsung ‘dibunuh’. Gak peduli tua-muda-anak-anak, pria-wanita… semuanya. Jaguar Paw harus menyaksikan ayahnya, Flint Sky, dibunuh di depan matanya.
Jaguar Paw termasuk yang ‘selamat’ dari pembataian itu. Mereka yang ‘selamat’ diikat pada sebuah bambu dan diarak menuju sebuah tempat yang mereka gak tau di mana.
Dengan kondisi yang mengenaskan, di bawah ancaman, mereka melewati hutan, tebing karang, sungai yang deras. Dan sampailah mereka ke sebuah tempat yang penuh dengan tawanan seperti mereka, ke tempat yang penuh dengan kuil yang sedang dibangun.
Di sana wanita dan laki-laki di pisah. Wanita dijual sebagai budak, dan laki-laki dibawa ke sebuah tempat berbentuk pyramid. Di pyramid itu ternyata sedang ada upacara persembahan. Di antara mereka ada yang dijadikan korban, jantung mereka diambil dan dijadikan persembahan. Sewaktu giliran Jaguar Paw, ia kembali ‘lolos’ dari maut. Ketika pisau jagal hampir saja menghujam jantungnya, terjadi gerhana matahari. Menurut pendeta, Dewa Matahari sudah puas dengan persembahan mereka.
Tapi, ternyata, penderitaan mereka yang masih hidup gak hanya sampai di situ saja. Masih ada lagi sebuah kejutan yang mungkin berakhir dengan kematian. Mereka diajak ke sebuah arena. Para tawanan, berpasangan harus lari menuju batas yang ditentukan. Apabila mereka berhasil lewat, maka mereka akan bebas. Tapi, untuk berlari itu juga gak bebas hambatan. Selama mereka berlari menyeberang lapangan, mereka akan dihujani dengan tombak, panah, lembing batu dan semua senjata mematikan. Dan, kalau pun lolos dari semua itu, di ujung lapangan, sudah menunggu anak kepala suku, Cut Rock, yang akan menghalangi mereka untuk lolos. Cut Rock juga dilengkapi senjata tajam.
Jaguar Paw ada di giliran kedua. Menjelang ujung lapangan, perutnya kena panah. Ia sempat terjatuh. Tapi, ia punya tekad yang kuat. Cut Rock hampir menikamnya dengan pisau, untungnya Jaguar Paw dibantu temannya yang sekarat. Jaguar Paw berhasil menusuk leher Cut Rock.
Dengan kesakitan, Jaguar Paw berhasil lari menerobos ilalang. Zero Wolf, ayah Cut Rock, tidak terima dengan kematian anaknya. Bersama pasukannya, ia mengejar Jaguar Paw.
Untuk orang yang luka parah, Jaguar Paw berlari sangat kencang menghindari dari kejaran Zero Wolf. Berlari di hutan belantara, berhadapan dengan macan kumbang, lompat ke dalam sungai yang penuh batu. Sebelum akhirnya, ia sampai juga di hutannya sendiri. Di sana dia jadi percaya diri karena dia tahu seluk beluk hutan itu. Jaguar Paw merancang beberapa jebakan untuk menghabisi para pengejarnya satu-per satu.
Adegan kejar-kejaran di hutan ini lumayan lama. Sampe gue sempet bosen. Dan, film ini benar-benar berfokus sama Jaguar Paw. Karena, setelah dia berhasil melarikan diri, gak ketauan lagi tuh, gimana nasib penduduk lain yang masih jadi tawanan.
Tapi, keren juga sih filmnya. Meskipun, di ending, gue merasa, ada pola yang sama dengan film-film dengan hero. Mereka pasti berjuang seorang diri, berhasil menghadapi musuhnya sendiri, melarikan diri dengan kejaran orang yang banyak, menahan luka, dan endingnya, kepala suku atau ketua orang-orang jahat berhasil ia ‘tangani’ sendiri – dendamnyaterbalas, dan endinya… dia ketemu lagi sama orang-orang yang dia cintai. And, happily ever after…
Film ini lebih bermakna dibanding Pathfinder, gak hanya tentang balas dendam, tapi juga tentang fighting for their lives, fighting for their love ones… gak peduli, harus babak belur dulu, harus sport jantung dulu.
Para pemain di film ini sama sekali gak ada yang ngetop. Mereka adalah aktor lokal di Meksiko. Tapi, nama Mel Gibson akan jadi jaminan untuk orang nonton film ini.
Labels: Apocalypto
Jadi, ceritanya, Kate, seorang doketer, membeli rumah kaca di dekat sebuah danau. Di sana dia menemukan surat di mail box dari penghuni sebelumnya. Lama-lama, dia ngerasa aneh banget, koq gambaran rumah yang dikasih sama penghuni lama gak sesuai sama yang dia tempatin sekarang. Begitu juga si Alex, si penghuni lama, dia ngerasa, rumah itu beda banget sama yang dulu dia tempatin.
Meskipun merasa aneh, mereka berdua terus menjalani komunikasi via kotak surat. Lama-lama, mereka berdua ngerti, kalo mereka berdua hidup di waktu yang ‘berbeda’. Kate hidup dua tahun di depan Alex, atau sebaliknya, Alex hidup ‘tertinggal’ dua tahun di belakang Kate.
Mereka pun jatuh cinta. Dan, seperti layaknya orang lagi penasaran, saling pengen ketemu dong. Tapi, di malam yang ditentukan, mereka janjian di resto Il Mare. Tapi, tunggu-punya-tunggu, Alex gak pernah muncul. Kate kecewa berat dan memutuskan hubungan dengan Alex.
Tapi, apa yang terjadi sebenernya? Kenapa ya, sampe Alex gak muncul? Hmmm… pas bagian ini nih, gue benar-benar harus mencerna jalan ceritanya. Soalnya waktu nonton film Korea-nya, rada gak nyambung (maklum kendala bahasa, meskipun ada terjemahannya).
Yang jelas, Kate dapet jawabannya pas dia dan pacar barunya dateng ke kantor arsitek dan dia ngeliat sketsa rumah danau itu, dan mengertilah dia apa yang terjadi sama Alex. Langsung dia buru-buru lari, nyupir gila-gilaan dan balik ke rumah danau. And… trrrinnnnggg.. miracle happens…
Ini film reuni-an Keanu Reeves sama Sandra Bullock setelah film Speed. Romantis… cocok kaya’nya buat valentine bentar lagi.
Labels: The Lake House
- Best Motion Picture – Drama: Babel (Anonymous Content Production/Una Producción De Zeta Film/Central Films Production; Paramount Pictures/Paramount Vantage)
- Best Performance by an Actress in a Motion Picture – Drama: Helen Mirren – The Queen
- Best Performance by an Actor in a Motion Picture – Drama: Forest Whitaker – The Last King Of Scotland
- Best Performance by an Actress in a Motion Picture - Musical or Comedy: Meryl Streep – The Devil Wears Prada
- Best Performance by an Actor in a Motion Picture - Musical Or Comedy: Sacha Baron Cohen – Borat: Cultural Learnings Of America For Make Benefit Glorious Nation Of Kazakhstan
- Best Performance by an Actress In A Supporting Role in a Motion Picture: Jennifer Hudson – Dreamgirls
- Best Animated Feature Film: Cars (Walt Disney Pictures/Pixar Animation Studio; Buena Vista Pictures Distribution)
- Best Foreign Languge Film: Letters From Iwo Jima (Japan, United States) - Warner Bros. Pictures/DreamWorks Pictures; Warner Bros. Pictures
- Best Screenplay - Motion Picture: The Queen (Written by Peter Morgan)
- Best Original Song - Motion Picture: "The Song Of The Heart" – Happy Feet (Music & Lyrics By: Prince Rogers Nelson)
- Best Television Series – Drama: Grey's Anatomy (ABC) Touchstone Television; ABC
- Best Performance by an Actress In A Television Series – Drama: Kyra Sedgwick – The Closer (TNT)
- Best Performance by an Actor In A Television Series – Drama: Hugh Laurie – House (FOX)
- Best Television Series - Musical Or Comedy: Ugly Betty (ABC)Touchstone Television; ABC
- Best Performance by an Actor In A Television Series - Musical Or Comedy: Alec Baldwin – 30 Rock (NBC)
- Best Mini-Series Or Motion Picture Made for Television: Elizabeth I (HBO)Company Pictures/channel 4/HBO Films; HBO
- Best Performance by an Actress In A Mini-series or Motion Picture Made for Television: Helen Mirren – Elizabeth I (HBO)
- Best Performance by an Actor in a Mini-Series or Motion Picture Made for Television: Bill Nighy – Gideon's Daughter (BBC)
- Best Performance by an Actress in a Supporting Role in a Series, Mini-Series or Motion Picture Made for Television: Emily Blunt – Gideon's Daughter (BBC)
- Best Performance by an Actor in a Supporting Role in a Series, Mini-Series or Motion Picture Made for Television: Jeremy Irons –
Source: http://www.hfpa.org/
Labels: Golden Globe Awards 2007
Larry Daley (Ben Stiller)
Cecil (Dick van Dyke)
Theodore Roosevelt (Robin Williams)
Attila the Hun (Patrick Gallagher)
Rebecca (Carla Gugino)
Gus (Mickey Rooney)
Nick Daley (Jack Cherry)
Sacajewea (Mizuo Peck)
Reginal (Bill Cobbs)
Ahkmenrah (Rami Malek)
Christopher Columbus (Pierfrancesco Favino)
Untuk menghilangkan ‘aura negatif’ dan bayang-bayang buruk gara-gara nonton Pathfinder, gue nonton Night at the Museum di rumah. Hasilnya cukup menghibur. Film komedi keluarga yang menyegarkan.
Larry Daley harus segara mencari pekerjaan tetap kalo dia mau anaknya, Nick, tinggal bersama dia. Akhirnya, dia mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga malam di Museum of the National History. Larry menggantikan penjaga malam sebelumnya yang sudah tua-tua – Cecil, Gus dan Reginald.
Di malam pertamanya, Larry dikagetkan dengan kerangka dinosaurus hilang dari tempatnya, dan makin kaget lagi ketika kerangka itu berlari-lari. Di sebuah kertas petunjuk, dikatakan Larry harus mengajaknya main lempar tulang.
Belum habis lagi keterkejutannya, Larry melihat semua ‘penghuni’ museum itu bergerak. Larry dikejar pasukan Cina, ditawan para koboi dan hampir diikat di rel kereta api mini. Dipanah oleh pasukan Romawi yang dipimpin Attila the Hun. Belum lagi, harus menghadapi sekawanan hewan liar. Larry harus kehilangan kertas petunjuk yang dirobek kera nakal. Bagian yang ‘menyenangkan’ adalah ‘bertemu’ Theodore Roosevelt, presiden Amerika ke 21.
Larry hampir mundur, sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali mencobanya di malam kedua. Kali ini, Larry lebih prepare. Dia menyiapkan mobil-mobilan yang digerakan oleh remote control untuk menarik tulang untuk main dinosaurus. Menyiapkan korek api biar para manusia purba bisa bikin api tanpa harus mengetuk-ngetuk batu, lalu kunci mainan untuk kera jahil yang suka ‘nyopet’. Tapi, ternyata, tetap aja ada kekacauan yang terjadi. Museum hampir kebakaran gara-gara korek api Larry, salah ‘seorang’ makhluk purba itu kabur, terjadi ‘perang’ antara koboi dan pasukan Romawi.
Larry dipecat gara-gara itu, tepat ketika Nick datang bersama teman-temannya untuk melihat pekerjaan ayahnya. Larry pun minta satu lagi kesempatan, biar dia bisa mengatasi segala kekacauan.
Di malam ketiga ini, semua malah lebih heboh. Larry yang berniat ngasih liat Nick kalau semua makhluk itu bisa hidup, malah kaget karena, ketika malam tiba, semuanya malah berdiam diri. Ternyata, ada salah satu ‘situs’ yang dicuri oleh Cecil, Gus dan Reginald. Ketika benda itu berhasil didapatkan, penghuni museum pun bisa kembali bergerak dan hidup.
Larry dan Nick berusaha kabur dari kejaran ketiga pria itu,dan masuk ke sebuah kuburan mesir kuno. Mereka ditolong oleh mumi Ahkmenrah.
Larry berhasil mengumpulkan dan menyatukan para penghuni museum untuk membekuk kawanan penjahat itu.
Film ini adalah tentang ‘mencari pengakuan’. Larry yang pengen anaknya bangga sama dirinya, sama pekerjaannya. Larry banyak dapat pelajaran berharga dari Teddy Roosevelt.
Gue paling suka adegan senyam-senyum Teddy Roosevelt sama Sacagawea, cewek Indian yang sering diteropong sama Teddy Roosevelt. Sama satu lagi, adegan berantem si koboi sama Attila the Hun. Dalam bentuk miniature, mereka berdua keliatan kocak banget.
Film ini dibuat berdasarkan buku dari Milan Trenc dengan judul yang sama. Milan Trenc adalah seorang penulis buku anak-anak kelahiran Zagreb. Bukunya selain Night at the Museum adalah, Psychic Kid Detectives, komik-komik berjudul Koscak, Berlin, Morroco. Milan Trenc sendiri juga pernah membuat sebuah film animasi The Big Time (1987) dan Zen Stories (2000).
Labels: Night at the Museum
Moon Bloodgood - Starfire
Russel Means - Pathfinder
Tapi, ternyata, ayahnya lagi jadi bulan-bulanan suku Dragon. Ayahnya diajak duel dengan pedang. Ghost gagal menyelamatkan ayahnya. Dan dia dikejar oleh suku Dragon.
Labels: Pathfinder
Tapi.. sampai sekarang, detik ini… ternyata… kedua film itu, sama sekali belum sempat gue tonton, meskipun gue udah punya dvd-nya
Hehehe… amat sangat ketinggalan jaman… tiap weekend mau nonton, ada aja ‘gangguan’nya.. entah karena ada film yang lebih menarik, atau emang karena males…
Harus nonton.. harus nonton.. harus nonton…
Labels: Memoirs of Geisha, Superman Returns
Eragon (Ed Speelers)
Brom (Jeremy Irons)
Arya (Sienna Guilorry)
Galbatorix (John Malkovich)
Shade/Durza (Robert Carlyle)
Voice of Saphira (Rachel Weisz)
Akhirnya, bisa juga nonton Eragon. Gak ada kerjaan di hari pertama tahun 2007, akhirnya gue dan suami gue jalan-jalan ke PIM dengan tujuan nonton.
DI PIM bejubel abg, kaya’nya kebanyakan nonton film Pocong 2, deh.. tapi, please… gue gak akan mau nonton film horror itu. Ngeliat patung Pocong yang dipajang di sebelah posternya aja gue udah merinding.
Tadinya, kita mau nonton filmnya Ben Stiller, Night at the Museum, tapi ternyata tiket jam 16-nya abis, baru ada lagi jam 6 sore. Akhirnya, kita nonton Eragon.
Eragon dibuat berdasarkan novel yang ditulis Christopher Paolini, anak cowok kelahiran tahun 1983 yang doyan sama cerita fantasi. Ceritanya tentang Eragon yang lagi berburu di Hutan Spine nemu batu berwarna biru. Dia gak tau kalo baru biru itu adalah telur naga yang dicari-cari sama Raja Galbatorix yang jahat.
Tibalah saat si naga itu menetas. Gara-gara naga itu – Saphira – Eragon harus kehilangan pamannya yang dibunuh pasukan Galbatorix.
Jadi menurut legenda Alagaeisa, jaman dulu itu, ada penunggang naga yang ketika masa jaya-nya malah berebut kekusasaan. Nah, kekisruhan ini dimanfaatin sama Galbatorix untuk mengambil alih kekuasaan. Jadi dibunuhlah semua naga dan para penunggangnya. Tapi, satu telur berhasil diselamatkan Arya, telur ini lah yang ditemukan Eragon.
Ditemani Brom, Eragon dan Saphira pergi ke Pegunungan Beor, untuk bertemu dengan para pemberontak, Kaum Varden. Di tengah jalan, mereka dicegat sama Ra’Zac, pasukan yang serem dan menggelikan, yang menghalangi jalan mereka.
Seperti biasa, happy ending, meskipun petualangan belum selesai. Eragon dan Saphira berhasil membunuh Shade, penyihir gelap suruhan Galbatorix. Wilayah Varden berhasil diselamatkan.
Emang sih, kalo ngeliat bukunya tebal banget, yang isinya sarat dengan petualangan, ketegangan dan lumayan membuat 'lelah', film ini bisa dibilang 'singkat', hanya 2 jam. Bandingkan dengan Harry Potter dan LOTR yang durasinya bisa sampai 3 jam. Film ini bisa dibilang kurang seru, pertempurannya hanya sedikit. Bagian yang paling menguras emosi, adalah ketika Brom meninggal. Tapi, kalo mau nyari gambar yang indah, seperti film fantasi lainnya, film ini memanjakan mata kita dengan pemandangan yang indah banget.
Gambar-gambar Eragon lebih ‘berwarna’ dibanding Lord of The Ring. Meskipun beberapa kali ada bagian-bagian yang gelap dan suram, tapi tetap aja lebih membuat yang nonton nyaman, gak merasa muram.
Dan karena pas baca bukunya gue rada susah membayangkan cerita Eragon ini, pas nonton gue hanya bisa comment, “Bagussss banget… gak sabar nunggu film keduanya”.
Labels: Eragon
Gue sendiri sebenernya gak sering-sering banget nonton. Paling, nonton film di tv sesekali kalo ada yang bagus, ada nonton di bioskop kalo weekend, atau kalo lagi mood-nya ok, marathon nonton dvd. Yang sering sih, beli dvd-nya aja, tapi entah kapan ditontonnya.
Gue emang doyan nonton. Dan, kasusnya sama nih, dalam hal 'perbukuan', kalo gue suka sama satu penulis, gue bakal beli bukunya yang lain. Nah, di film, kalo gue lagi suka sama satu pemain (ehhhmmm... khususnya aktor), gue bakal cari filmnya yang lain. Contohnya, waktu gue abis nonton film King Kong, gue suka sama salah satu pemain (gue lupa namanya, tapi yang pasti bukan si King Kong), jadilah gue beli dvd-nya.. The Jacket, ehhh.. tapi gue malah kecewa, karena dia tidak 'tampil' seperti bayangan gue. Hehehe..
Intinya gue bikin blog ini karena... cuma iseng...
Labels: tentang film