
Linda jadi seperti orang yang kehilangan akal, karena ketika ia terbangun keesokan harinya setelah menerima kabar itu, ia justru mendapati Jim masih hidup, segar bugar dan sedang nonton tv di dapur mereka. Linda jadi bingung dan merasa tidak percaya. Jim pun heran melihat sikap Linda yang aneh.
Dan, semua semakin aneh, ketika ia tertidur dan terbangun lagi, ia mendapati keluarganya sudah siap untuk upacara pemakaman Jim. Ia berada di sekeliling orang yang mengenal dirinya tapi, ia sama sekali tidak merasa pernah mengenal mereka sebelumnya.

Tidak ada yang tahu apa yang dirasakan Linda. Ibunya bahkan terpaksa memanggil terapisnya dan Linda harus dibawa ke rumah sakit untuk mencegahnya berbuat hal yang bisa menyakiti keluarganya.

Di hari-hari berat yang ia alami, Linda justru mengetahui bahwa Jim berselingkuh. Tapi justru di hari naas itu, Jim berkata ia telah meninggalkan wanita itu dan hendak kembali kepada Linda.
Gue memberanikan diri untuk nonton film ini. Film yang lumayan menegangkan karena tokohnya, Linda, berkejaran dengan waktu. Dan, di film ini, Sandra Bullock hampir gak pernah senyum karena tegang terus.
Labels: Premonition

Jake pun segera kabur dari kamar itu dengan membawa satu koper berisi uang US$ 250,000. Di lobby hotel, ia dicegat seorang wanita yang mengaku sebagai istrinya bernama Diane (Nicollette Sheridan). Jake makin kaget karena ternyata ia menikah dengan seorang wanita kulit putih, dan bukan itu saja, ia ternyata juga orang kaya yang punya rumah dan mobil mewah.
Tapi, di rumah mewah itulah, Jake tahu bahwa ada yang berusaha menjebaknya. Jake pun kabur. Di kantung celananya ada sebuah kartu untuk pengambilan barang. Barang itu adalah sebuah kartu pass untuk bisa masuk ke perusahaan pembuat games computer bernama Digital Arts.

Jake mampir ke sebuah resto yang terletak di seberang kantor Digital Arts. Dan salah seorang pelayan di sana mengenal Jake. Gina (Lucy Liu) mematahkan semangat Jake kalau ia adalah seorang agen rahasia. Gina bilang kalau Jake adalah seorang cleaning service. Jake masih tidak percaya, karena ia tidak bisa mengingat bagian dalam dirinya yang berprofesi sebagai cleaning service. Gina juga bilang kalo Jake adalah maniak games. Bahkan Jake memposisikan dirinya sebagai Colonel Bowman, seorang tokoh dalam sebuah permainan.

Film ini lumayan menghibur. Dibilang action, juga gak terlalu… lebih banyak unsur comedy-nya.
Labels: Code Name (The Cleaner)

Akhirnya, mereka bersama baby Oliver pindah ke Ohio. Kebetulan orang tua Sophia juga tinggal di sana. Ayah Sophia, Bob, mengajak Tom untuk bekerja di perusahaan periklanan tempatnya bekerja. Salah satu rekan sekerjanya adalah Chip (Jason Bateman), mantan kekasih Sophia di masa sekolahnya.
Chip, kebetulan duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan. Ia selalu berusaha ‘menjegal’ Tom. Ia cemburu karena Tom berhasil menikah dengan Sophia dan selalu berusaha memutarbalikkan fakta seolah Tom adalah orang yang bermasalah.


Tom berusaha membuktikan kebusukan Chip. Ia mencari bukti-bukti yang akan menunjukkan bahwa Chip tidaklah sepolos dan sebaik yang selama ini orang lihat. Untuk membuktikan hal itu, Tom harus bertengkar dengan Sophia dan diusir dari rumah mertuanya sendiri justru di saat Chip sedang ada di sana, makan malam bersama untuk mengambil hati Sophia kembali.
Menurut gue, film ini agak nanggung. Unsur romantisnya, gak dapet… comedy… juga nanggung banget.. Gue hanya teringat sama Jason Bateman yang kalo gak salah pernah main di serial Our House (jaman dulu banget….). Sedangkan Zach Braff, lagi-lagi jadi cowok yang hampir kehilangan ceweknya, seperti di film Last Kiss.
Labels: The Ex

Gara-gara, beli dasi yang nyangkut di mesin penjual baguet otomatis, Mr. Bean ketinggalan kereta eurostar yang akan membawanya ke Cannes. Dia harus nunggu satu jam lagi untuk kereta selanjutnya. Sambil nunggu, Mr. Bean makan di sebuah restoran. Tapi, karena gak ngerti tulisan yang ada di buku menu yang pake bahasa Perancis itu, Mr. Bean ‘pasrah’ dengan rekomendasi pelayannya. Dan yang dateng adalah seafood platter yang isinya udang dan kerang. Mr. Bean pun dengan susah payah menelan udang dan kerang itu.
Ketika kereta berikutnya datang, dia minta salah satu penumpang untuk mengabadikan dirinya di depan kereta. Adegan itu harus diambil berulang-ulang, karena ada aja yang bikin Mr. Bean gak puas.

Inilah mungkin awal semua perjalanan Mr. Bean yang seru. Pas lagi coba nelpon si bapak, ternyata nomernya ada dua angka yang gak jelas. Terus, karena buru-buru naik kereta, dia ketinggalan paspor dan tiket kereta yang membuat Mr. Bean dan si anak laki-laki itu ‘ditendang’ dari kereta.
Lantaran kehabisan uang, Mr. Bean harus cari akal untuk ngedapetin uang. Dan dia pun ngamen. Dan bagian ini lucu banget… karena Mr. Bean yang kreatif. Setelah dapet uang , dia beli makan dan tiket bis ke Cannes. Tapi… ah… nasib beruntung masih jauh dari Mr. Bean, karcis bis terbang dan membawanya sampai ke kandang ayam… lalu terlunta-lunta di pinggir jalan sampai harus nyari tumpangan untuk bisa pergi ke Cannes.

Tujuan Mr. Bean… bukan untuk dateng ke Festival Film Cannes… tapi, dia hanya pengen liat pantai… itu aja….
Humor khas Mr. Bean… kekonyolannya… dan film yang hampir tanpa dialog dari Mr. Bean, yang hanya mumbling dengan mimik lucunya.
Tapi, koq.. . kesayangan Mr. Bean gak diajak ya??
Labels: Mr. Bean

Sama dengan tokoh Nell (Samaire Armstrong) dan Woody (Kevin Zegers). Dua anak remaja, cowok dan cewek yang tinggal bersebelahan. Mereka saling bermusuhan karena selalu merasa terganggu satu sama lain. Nell, bukan cewek popular di sekolahnya, tapi, ia termasuk anak yang pintar. Ia berambisi untuk masuk ke Universitas Yale. Orang tuanya juga sangat terpelajar. Beda dengan Woody. Meskipun ia adalah cowok ganteng yang ngetop di sekolah, salah satu pemain football yang jadi andalan sekolahnya. Punya orang tua yang cuek. Bahkan mereka bilang, mungkin Woody adalah satu-satunya anggota keluarga yang pernah sekolah. Woody sedang menunggu pertandingan football yang akan sangat menentukan masa depannya.
Perseteruan Nell dan Woody gak hanya berlangsung di lingkungan rumah mereka, tapi juga sampai ke sekolah karena mereka kebetulan juga satu sekolah. Dalam sebuah kunjungan ke museum, mereka berdua dipasangkan dalam satu kelompok untuk mengerjakan tugas. Tapi, karena saling gak suka, mereka bertengkar di depan sebuah patung Aztec, yang ternyata ‘mendengar’ kata-kata mereka.

Gak ada yang tahu tentang 'pertukaran' mereka berdua. Sehingga sikap mereka berdua yang aneh membuat orang tua dan teman-teman dekat mereka heran.
Bagian-bagian yang menghibur, tentunya ada pas mereka sama-sama kaget dengan identitas baru mereka.
Interesting, but standard...
Labels: It’s a Boy Girl Thing

Tahun 2000an, Alex hanya mendapat job untuk menyanyi di acara reuni angkatan 80-an yang sebagian besar kaum perempuan dulu pernah mengidolakannya. Mereka masih berteriak-teriak ketika Alex bernyanyi dan mengeluarkan goyang andalannya. Tak hanya di acara reuni, Alex juga bernyanyi di taman hiburan, di mana sebagian besar orang terkadang tidak peduli ketika Alex sedang tampil.
Kesempatan untuk kembali unjuk gigi dan mendapatkan pekerjaan besar datang ketika seorang icon remaja yang sedang ngetop, Cora Corman (Haley Bennet), ternyata adalah penggemar Alex. Ia meminta agar Alex mau membuatkan satu lagu untuk dimasukkan ke dalam album terbarunya.

Mereka lega karena Cora mau menerima lagu gubahan mereka. Tapi, Sophie kecewa ketika Cora merubah musiknya jadi music berirama lagu India, dan Sophie makin kecewa karena Alex tidak berani mengungkapkan keberatannya pada Cora.

Ending cerita, biasa aja… Kaya’nya bukan hal baru buat Drew Barrymore dapet peran kaya’ begini. Hmmm… Hugh Grant… suaranya boleh juga. Dan, gayanya di tahun 80-an… aduh.. so 80ies… (ya, iyalah...). Apalagi cewek yang jadi model di video clip-nya, bikin gue terkikik-kikik… Hehehe… Yang pasti soundtrack-nya, ‘Way Back into Love’ enak banget dan catchy (asal jangan pake irama lagu India, sih…)
Labels: Music and Lyrics

Tapi, semakin lama, Fern tidak bisa terus-menerus mengurus Wilbur. Ia harus sekolah dan belajar. Lagipula, tidak ada tempat lagi di rumah Fern, karena Wilbur pun semakin besar. Maka, diputuskan untuk ‘mengungsikan’ Wilbur ke peternakan paman Fern, Homer Zuckerman yang tinggal di seberang rumah Fern.

Sampai suatu malam, Wilbur mendengar ada suara-suara yang memanggilnya. Tapi, ia tidak bisa melihat wujud hewan yang memanggilnya. Di pagi hari, Wilbur berseru-seru memanggil hewan itu untuk menampakkan diri. Lalu, muncullah seekor laba-laba bernama Charlotte A. Cavatica (Julia Roberts). Ternyata, Charlotte tidak terlalu disukai di sana, bahkan Ike malah pingsan waktu melihat Charlotte. Namun, Wilbur dan Charlotte justru bersahabat.
Templeton yang suka usil itu menyebar isu, kalau Wilbur tidak akan pernah merasakan musim dingin pertamanya, karena ia akan disembelih sebagai makanan di hari Natal. Tapi, Charlotte berjanji pada Wilbuar kalau dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

It is not often someone comes along that's a true friend and good writer. Charlotte was both.
Untuk itu Charlotte minta bantuan Templeton untuk berkeliling mencari kata-kata yang tepat untuk Wilbur, tentu saja dengan iming-iming makanan. Dengan terpaksa, Templeton akhirnya mau juga. Meskipun dengan resiko ia dikejar-kejar dua ekor gagak yang kelaparan, Brooks (Thomas Haden Church) dan Elwyn (André Benjamin).
Tapi, ternyata itu belum cukup untuk membuat Wilbur tenang. Bahkan Fern pun tahu, bahwa ada kemungkinan Wilbur akan segera disembelih. Ketika itu, ada bazaar, yang salah satu acaranya adalah lomba hewan. Dengan tidak mencolok, Fern menempelkan selebaran itu di rumah pamannya. Wilbur pun dipersiapkan untuk ikut dalam lomba itu.


Film yang diangkat dari buku cerita anak-anak karangan E.B White ini, sebelumnya juga pernah dibuat film pada tahun 1973. Pada tahun 2002 juga ada kartun dengan judul Charlotte’s Web 2: Wilbur’s Great Adventure yang menceritakan petualangan Wilbur dengan anak-anak Charlotte – Nellie, Joy dan Arena. Nama penulis E.B White ikut berperan dalam film ini sebagai dua ekor gagak – Elwyn dan Brooks.
Ending film ini sempat membuat gue sedih, tapi langsung ceria lagi ketika ada suara-suara imut Nellie, Joy dan Arena. It’s a good movie anyway…
Labels: Charlotte’s Web

Spiderman 3 dibuka dengan potongan-potongan gambar dari film Spiderman dan Spiderman 2. Sekedar menyegarkan ingatan tentang cerita film yang terdahulu.
Peter Parker masih bekerja di Daily Bugle sebagai fotografer, tapi kali ini dia dapet saingan, seorang pemula yang ambisius, Eddie Brock (Topher Grace). Untuk mendapatkan posisi sebagai juru foto tetap, pemimpin harian Daily Bugle, J. Jonah Jameson, mengajukan taruhan, siapa yang bisa mendapatkan foto Spiderman lagi berbuat salah, dialah yang akan menjadi juru foto tetap di harian itu.
Sementara itu, Mary Jane Watson (Kirsten Dunst) memulai karirnya di panggung hiburan sebagai penyanyi opera. Tapi, ternyata, MJ down banget begitu membaca kritik yang menjatuhkan di koran-koran, sehingga ia harus diberhentikan dari pertunjukan itu. Peter sendiri terus membangkitkan semangat sang pacar. Bahkan ia berniat melamar MJ. Pertunangan itu mungkin sudah terjadi, kalo saja MJ gak cemburu ngeliat Gwen Stacy (Bryce Dallas Howard), anak kepala polisi, yang dicium Spiderman di acara penganugerahan warga kota teladan.

Musuh Spiderman yang baru bukan hanya New Goblin. Tapi juga, Sandman alias Flint Marko (Thomas Haden Church), yang merupakan pembunuh Ben Parker (Clliff Robertson), paman Peter. Flint lari dari penjara dan menjadi buronan polisi. Di sini diceritakan latar belakang kenapa ia jadi pencuri dan membunuh Uncle Ben. Ketika sedang dikejar polisi, tanpa sengaja ia terjebak dalam sebuah laboratorium yang sedang dalam percobaan menguraikan ion-ion (atau apalah, gue gak ngerti). Tubuh Flint pun terurai menjadi pasir-pasir. Dia jadi musuh Spiderman, pertama karena ia membunuh Uncle Ben, kedua karena memang dia menakuti masyarakat sekitarnya.

How long can any man fight the darkness... before he finds it
in himself?

Adegan favorit gue adalah pas Peter sama MJ lagi santai di jaring laba-laba, sama waktu Peter dengan kostum Spiderman hitam lagi merenung di puncak menara gereja… koq santai banget ya??
Mmm.. bakal ada Spiderman 4 gak ya? Yang pasti, film ini keren banget…
Labels: Spiderman

Karena khawatir dengan Milly, suatu hari, Daphne memasang iklan mencari jodoh di internet untuk Milly. Daphne pun mengadakan interview untuk calon pacar anaknya. Tentu saja, yang datang aneh-aneh dan banyak banget kekurangan dan kebiasaan yang ‘ajaib’, sampai akhirnya, datanglah Jason (Tom Everett Scott), seorang arsitek. Langsung saja, Daphen merasa inilah calon yang cocok untuk Milly.

Diam-diam, Johny bertemu dengan Milly. Dan, ternyata, Milly juga suka sama Johny. Ia pun menjalani dua hubungan dalam waktu yang bersamaan. Pertama dengan Johny dan kedua dengan Jason demi menyenangkan hati ibunya.


Tapi, lama-lama, Milly mulai gerah dengan aksi campur tangan ibunya yang terlalu banyak. Milly mulai protes sampai akhirnya bersikap memusuhi ibunya.
Hubungan yang dekat antara orang tua dan anak, gak berarti boleh mengganggu privacy dan keinginan anak, meskipun sering aja orang tua berdalih kalo semua yang mereka lakukan adalah untuk kebaikan anak mereka sendiri, supaya mereka gak mengulangi kesalahan orang tuanya di masa lalu.
Labels: Because I Said So

Natal kali ini, beberapa anak terpaksa pergi sendiri karena alasan yang berbeda. Misalnya Spencer Davenport (Dyllan Christppher) dan Katherine Davenport (Dominique Saldana), orang tua mereka sudah berpisah, dan kali ini giliran mereka merayakan Natal bersama ayah mereka.
Hoover International Airport, meskipun dalam sudah berada dalam musim natal, tetap saja sepi dari dekorasi dan aura natal. Ternyata, Oliver Porter (Lewis Black), kepala airport itu tidak menyukai natal. Karena baginya, airport hanyalah tempat ‘numpang lewat’, dan ia juga punya ‘dendam pribadi’ karena tidak bisa berlibur dan selalu menjadi tempat komplain penumpang pesawat.

Beberapa anak memutuskan untuk kabur dari ruangan itu. Dan inilah awal petualangan mereka melarikan diri dari petugas airport. Mereka adalah Spencer, Donna Malone (Quinn Shephard), Beef (Brett Kelly), Grace Conrad (Gina Motegna) dan Charlie Goldfinch (Tyler James Williams). Setelah berhasil keluar, mereka menuju ke tempat berbeda untuk sekedar bersantai. Spencer pergi ke restoran dan memesan semua makanan yang selama ini dilarang oleh ibunya, Grace memilih bersantai di executive lounge, lalu Charlie memilih berkaraoke di tempat penjualan barang elektronik.
Berkali-kali mereka harus kejar-kejaran dengan petugas airport, yang hmmm.. standard banget, gampang dikerjain sama anak-anak, lalu ketika mereka tertangkap, Spencer yang cerdik berhasil membebaskan diri dari ‘ruang penjara’. Dan berhasil membuat Porter terpaksa mengakui kehebatan mereka.

Favorit gue adalah Beef… cowok gendut, keriting, yang sempet bikin takut anak-anak lain, tapi ternyata, lebih penakut dari mereka dan masih suka main boneka. Dia nekat menembus badai salju demi mendapatkan pohon natal.
Labels: Unaccompanied Minors

Kisah pertama adalah tentang Salma (Jajang C. Noer), seorang dokter kandungan dengan satu anak bernama Nadim (Winky Wiryawan). Suaminya, Pak Haji (El Manik) adalah seorang pengusaha terhormat. Tidak ada yang kurang dalam kehidupan mereka. Dari kondisi ekonomi, jelas berkecukupan. Tapi, ternyata, dalam sebuah acara, secara kebetulan Salma tahu kalo Abah sudah menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Indri (Nungki Kusumastuti), malah sudah punya satu anak perempuan. Alasan Abah adalah untuk menghindari zina.
Nadim jadi anak yang benci dengan ayahnya. Ia benci karena ayahnya punya istri lain. Ia juga benci karena sikap ibunya yang pasrah. Salma memilih mempertahankan rumah tangganya demi Nadim.
Lain lagi dengan Siti (Shanty), ia datang ke Jakarta atas ajakan Pak Lik-nya (Lukman Sardi). Siti dijanjikan akan disekolahkan oleh Pak Lik. Di Jakarta, Siti tinggal di rumah Pak Lik yang sempit dan ramai. Bersama dua istri Pak Lik, Dwi (Rieke Dyah Pitaloka) dan Sri (Ria Irawan), dan juga anak-anak Pak Lik yang banyak itu. Dwi dan Sri tidak keberatan dengan kehadiran Siti. Siti pun akhirnya terbiasa dengan kehidupan Pak Lik-nya yang meriah itu, meskipun awalnya ia merasa heran dengan keakraban Dwi dan Sri.
Pak Lik yang mengaku akrab dengan artis, ternyata hanyalah sopir di sebuah production house. Setiap hari, Dwi dan Sri bergantian menemani Pak Lik. Dan Siti sama sekali tidak menyangka, kalau ternyata Pak Lik juga punya niat untuk menikahi Siti sebagai istri ketiga. Meskipun ragu, atas ‘dorongan’ Dwi dan Sri akhirnya Siti mau menerima Pak Lik sebagai suaminya.
Tapi, lama-lama, keakrabannya dengan Dwi menimbulkan sesuatu yang lain. Siti dan Dwi membujuk Sri agar mau dipasang alat KB agar tidak hamil lagi. Kepulangan Pak Lik dari Aceh dengan membawa istri baru lagi, membuat Dwi dan Siti membulatkan tekad untuk pergi dari rumah itu dan memulai kehidupan baru.

Meskipun sudah memiliki kekasih, Firman (Ruben Elishama), Ming lebih memilih Koh Abun yang bisa memberinya apartemen dan mobil. Tapi, karena ini pernikahan diam-diam, Ming dan Koh Abun tidak bisa menunjukkan hubungan mereka secara terang-terangan di muka umum. Maka ketika Cik Linda pergi ke Amerika, kesempatan bagi mereka untuk berduaan.
Ajakan Firman untuk main film, membuat Ming berpikir ulang tentang kehidupannya sekarang. Apalagi Koh Abun termasuk orang yang posesif, yang gak rela Ming berdekatan dengan laki-laki lain.
Banyak yang bilang kalo film ini emang harus ditonton. Potret tentang kehidupan poligami di Indonesia. Banyak alasan kenapa akhirnya poligami dipilih sebagai penyelesaian dalam sebuah keluarga. Ketika seorang suami sudah memilih jalan berpoligami, perempuan lah yang harus membuat keputusan, apakah jalan terus seperti Salma, atau memilih keluar seperti Dwi dan Siti.
Labels: Berbagi Suami

Sejak itulah, Bob Lee memutuskan untuk berhenti dan menyendiri di pegunungan. Tiga tahun setelah kejadian itu, seorang utusan dari CIA, Kolonel Isaac Johnson (Danny Glover) menemuinya dan memintanya untuk kembali bertugas. Kali ini tugas Bob Lee adalah melindungi presiden dari usaha pembunuhan. Direncanakan Presiden akan berpidato di tempat terbuka di 3 kota. Bob Lee harus menganalisa di kota mana dan dari mana si penembak jarak jauh itu akan melakukan aksinya.
Awalnya Bob Lee menolak, tapi, akhirnya ia pun pergi ke Washington DC untuk mulai melakukan tugasnya. Menjadi penembak jitu, tidak hanya berpatokan harus tepat sasaran, tapi harus memperhitungkan arah dan kecepatan angin. Dan, berdasarkan analisa itu, Bob Lee yakin, usaha penembakan akan terjadi di Philadelphia.

Bob Lee pun jadi buronan, seluruh polisi di kota itu mengejarnya. Bob Lee yang dalam keadaan tertembak melarikan diri, sampai akhirnya ia minta pertolongan janda Donnie, Sarah Fenn (Kate Mara).
Salah satu agen FBI yang sempat dipukul Bob Lee dan mobilnya dicuri, Nicholas Memphis (Michael Pẽna), curiga ada sesuatu yang tidak beres dalam kasus ini. Ia ikut dalam penyelidikan dan menemukan berbagai kejanggalan yang membuatnya tidak yakin Bob Lee yang melakukan semua ini.
Nick menjalani penyelidikan sendiri yang membuat dirinya hampir kehilangan nyawanya. Sementara Bob Lee tetap berkeliaran dengan bebas. Bob Lee dan Nick akhirnya bekerja sama. Tapi, orang-orang yang mengejarnya tidak tinggal diam.
Kolonel Johson ternyata punya motif tersendiri dalam kasus ini. Ada seorang senator yang berkomplot dengannya demi keuntungan pribadi, yaitu Senator Meachum (Ned Beatty). Bob Lee hanyalah korban.

Gue bukan termasuk fans berat film action, tapi, film yang satu ini ternyata lumayan bisa gue nikmati. Apalagi kalo bukan karena Bob Lee Swagger yang pintar itu. Taktiknya keren… dia bilang, dia diajarin gimana cara bertahan hidup waktu di akademi militer.
Labels: Shooter

Arthur (Fredie Highmore), adalah seorang bocah berusia 10 tahun. Ia tinggal bersama neneknya (Mia Farrow), karena kedua orang tuanya tinggal di kota lain untuk bekerja. Arthur sering kali harus merasa kecewa, karena janji orang tuanya untuk pulang dan menjemputnya tidak pernah terwujud. Apalagi di hari ulang tahunnya, orang tua Arthur hanya memberi salam lewat telepon.
Sementara itu, Archibald (Ron Crawford), kakek Arthur, menghilang entah ke mana. Nenek Arthur sering membacakan kisah-kisah petualangan sang kakek di rimba Afrika.
Arthur adalah anak yang kreatif. Ia sedang berusaha menemukan saluran irigasi terhebat di dunia. Sebuah penemuan yang ternyata bakal menimbulkan malapetaka di sebuah dunia yang belum ia ketahui.

Nenek Arthur terpaksa menjual semua peninggalan kakek Arthur, topeng antik, buku-buku antik, semuanya, agar ia bisa membayar hutang dan tetap mempertahankan rumah itu. Arthur tidak rela buku-buku kesayangan kakeknya berpindah tangan begitu saja. Arthur yang cerdik mencari cara agar bisa menyelamatkan rumah itu.
Untung Arthur pernah membaca petunjuk harta karun yang tersembunyi yang dulu juga menjadi misi kakek Arthur. Dengan petunjuk yang ditinggalkan oleh kakeknya, saat tengah malam, Arthur memulai petualangannya memasuki dunia suku Minimoy.

Dalam perjalanan menuju istana Malthazard, Arthur yang sebelumnya pernah melihat foto Putri Selenia dan langsung jatuh cinta, semakin jatuh cinta lagi dengan Putri Selenia, karena sifatnya yang keras kepala dan pemberani. Maklum, Putri Selenia yang sebentar lagi akan berusia 1000 tahun adalah Putri mahkota. Salah satu syarat untuk jadi pemimpin, adalah Putri Selenia harus segera menikah. Diam-diam, Putri Selenia juga jatuh cinta sama Arthur. Arthur juga cocok dengan Betameche yang nakal dan iseng.
Petualangan Arthur yang penuh rintangan itu, ternyata ada di kebun nenek Arthur sendiri. Arthur harus melewati saluran irigasi yang dibuatnya, yang dengan tubuh kecil mungil jadi sebuah rintangan yang berbahaya.
Konon kabarnya, di tahun 2009 nanti, akan ada sekuelnya dengan judul Arthur and the Vengeance of Malthazard.
Labels: Arthur and the Invisibles
Fairy Tale Endings Aren't What They Used To Be

Dalam film ini, tokoh utamanya adalah Cinderella (a.ka. Ella). Seperti dongeng Cinderella yang kita kenal, Ella (Sarah Michelle Gellar) ‘diintimidasi’ oleh ibu tiri, Frida (Sigourney Weaver) dan kedua kakak tirinya. Ketika undangan pesta dansa yang digelar oleh Prince Charming, Ella tidak boleh ikut meskipun ia juga mendapat undangan.

Ketika pesta dansa sedang berlangsung, di puncak menara istana Prince Charming, dua asisten penyihir, Munk (Wallace Shawn) dan Mambo (Andy Dick), sedang bertugas menggantikan Penyihir (George Carlin) yang sedang berlibur ke Skotlandia. Meskipun keduanya kerap bertengkar, mereka tetap berusaha menjaga ‘keseimbangan’ yang sudah ditetapkan. Mereka harus terus memantau perkembangan dongeng di seluruh dunia, seperti melihat kapan Putri Tidur akan terbangun, Rapunzel yang menunggu datangnya Pangeran. Semua harus sesuai dengan porsinya.
Tapi, tetap saja, sifat iseng dan mau tahu mengalahkan ‘tugas’ yang sudah diberikan. Munk yang iri dengan Mambo yang ditugaskan oleh Penyihir sebagai ‘koordinator’, mencoba mengganggu Mambo. Akhirnya, tiba-tiba saja, semua kacau. Frida yang ketika itu sampai di istana untuk acara pesta dansa, secara tidak sengaja mendengar keributan itu dan segera mencari sumbernya.

Di saat yang sama, Ella dan Prince Charming sedang berdansa. Dan tiba-tiba saja, sebelum tengah malam, Ella sudah kembali menjadi Upik Abu.
Frida juga memanggil semua penyihir jahat, raksasa dan monster untuk membantunya ‘melenyapkan’ Ella.

Rick diam-diam menaruh hati pada Ella. Tapi, Ella terlalu sibuk bermimpi tentang Prince Charming. Bagi Ella, Prince Charming adalah pahlawan yang sesungguhnya, bukan Rick. Meskipun sebenernya, nih, Rick-lah yang pantas disebut 'Prince Charming'.
Munk dan Mambo, dibantu Ella dan Ricky, beserta 7 orang kerdil berusaha membereskan semua kekacauan akibat kesirikan Frida sebelum Penyihir kembali dari liburannya. 7 kurcaci ini punya rumah di bawah sebuah pohon rindang yang 'canggih' banget. Begitu Ella minta bantuan untuk melawan para tokoh jahat, mereka semua langsung bersiap dengan 'mesin-mesin' canggihnya... dan yang gak kalah canggih adalah peluru yang terbuat dari berlian!! Waduh... berlian koq dibuang-buang... hehehe
Cukup menghibur. Asyik juga kalo nonton atau baca dongeng yang agak ‘nyeleneh’ atau sedikit menyimpang, meskipun di film ini… tetap… “… and they lived happily ever after…”
Labels: Happily N’Ever After

Suatu malam, ketika pulang dari wawancara di radio, Petris dan Yulia, karena salah paham. terlibat masalah yang mengharuskan mereka berurusan dengan polisi. Tapi, daripada mereka harus mendekam di penjara, Petris dan Yulia memilih melarikan diri.
Kejar-kejaran itu berakhir di sebuah kampung. Ketika itu, ada satu orkes dangdut yang penyanyinya mogok. Untuk menghidari kejaran polisi, Yulia meminta Petris menjadi penyanyi dangdut dadakan. Untung Petris termasuk penyanyi yang pintar, ia pun menyanyi lagu dangdut dengan nada yang datar. Tapi, gak masalah, toh, penonton lebih memilih melihat goyang dangdut daripada kualitas suara penyanyinya.
Rizal (Dwi Sasono), pemilik orkes ‘Senandung Citayam’ itu, menawarkan ‘kontrak kerja’ pada Petris. Tapi, tentu aja Petris gengsi. Bujukan Yulia yang mengingatkan bahwa mereka adalah buronan yang gak punya uang dan tempat tinggal membuat Petris akhirnya mau bergabung dengan Rizal.
Dan, akhirnya, Petris pun tampil dalam pertunjukan perdana dengan lagu ‘Jablai’ yang fenomenal itu. Mulailah perjalanan Petris sebagai penyanyi dangdut keliling.
Lama-lama sifat sombong dan cuek Petris pun luntur. Ia merasakan bagaimana orang berjuang dari bawah untuk bertahan hidup.
Paling ‘gak nahan liat gayanya Bang Rizal… dangdut abisss… hehehe… Ngeliat Titi Kamal dangdutan… boleh lah… gayanya gak terlalu dangdut mengingat perannya emang sebagai penyanyi rock alternative. Soundtrack-nya yang sebagian besar lagu dangdut itu semua dinyanyikan oleh Titi Kamal.
Labels: Mendadak Dangdut